KEUTAMAAN MENCARI ILMU DI PESANTREN

KEUTAMAAN MENCARI ILMU DI PESANTREN
Pesantren merupakan tempat tinggal para santri, disana juga tempat belajar mengaji. Dengan berpondasikan langgar, kyai, ribath dan para santri jadilah tempat itu sebuah pondok pesantren. Banyak sekali perbedaan yang menonjol antara di pesantren dan di rumah, seperti cara makan, mandi bahkan tidur, bagaimana di pesantren kita makan harus berbagi dengan teman. Mandi harus rela mengantri berjam-jam dan tidur berbagi satu tikar.
            Namaku Rama, aku adalah anak tunggal yang terlahir dari pasangan Sujari dan Fathonah, aku lahir di desa yang indah dimana sungai mengalir dengan jernih serta dikelilingi oleh pepohonan yang rindang nan asri dengan dikelilingi perkebunan dan sawah. Namun indahnya desaku tidak sepadan dengan penduduknya, dimana para penduduknya minim sekali pengetahuan masalah agama. Maka dari itu di desa tempat tinggalku banyak sekali penduduknya yang tidak mengerti agama, tak jarang juga orang meninggalkan sholat, tidak berpuasa di bulan ramadhan dan memakan makanan laknat yang dilarang syariat. sebagai orang tua Bapak dan Ibuku ingin sekali mempunyai anak yang mengerti tentang agama.
            Cita-cita itu berawal ketika Ibuku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia jumpai di dunia, wajahnya tampan, pakaiannya putih, bersih bercahaya dan baunya harum sekali dia berada di tempat yang indah diantara pepohonan dan sungai yang mengalir layaknya telaga yang belum pernah dilihat sebelumnya. Laki-laki itu mengucapkan salam pada ibuku kemudian ibuku menjawabnya, laki-laki itu meneruskan perkataannya kepada ibuku : “Sampai kapan kau bekali anakmu ilmu dunia !!!
Sampai kapan kau terus menyiksanya, mengerjakan pekerjaan yang sia-sia !!!
Apa kau tidak tahu kalau diakhiratlah kehidupan selamanya !!!
Kapan kau memikirkannya dan surga yang abadi !!!
Ketauhilah ilmu akhirat itu lebih utama dan dibutuhkan masyarakat desamu, supaya banyak penduduk desamu yang selamat dari dunia fana’ ini !!!”
Laki-laki itu terus berkata pada ibuku, tanpa memberi sedikit waktu untuk ibuku menjawab dan berbicara, kemudia ia meninggalkan ibuku yang masih dalam kebingungan. Kemudian ibuku terbangun kemudian dia berwudhu dan sholat shunnah, supaya apa yang dia impikan bukanlah godaan dari syaithan yang terlaknat.
            Setelah mengalami mimpi yang membingungkan keesokan harinya Ibu bercerita kepada Bapak tentang mimpinya semalam.
Ibu bercerita : “Pak, aku bermimpi bertemu seorang laki-laki yang asing, yang tidak pernah ku jumpai di dunia ini. Wajahnya tampan, pakaiannya putih, bersih becahaya dan baunya harum sekali. Dia seperti menakut-nakutiku, supaya diriku mendidik Rama dengan baik.
Bapak menambahi: “sebaiknya mimpi ibu harus kita beritahukan pada kyai keswari, supaya kita tahu apa maksud dari mimpi ibu dan siapa laki-laki yang menyuruh ibu mendidik Aku ilmu agama supaya penduduk desa banyak yang selamat dari dunia fana’ ini.
            Kyai keswari merupakan tokoh masyarakat yang Alim, namun beliau lebih senang menyendiri, setiap harinya beliau menghabiskan waktu hanya untuk beribadah kepada Allah dengan ber i’tikaf di masjid karena memang usia beliau sudah melebihi 80 tahun.
Waktu itu malam pukul 20.00 wib sehabis sholat isya’ orang tuaku memutuskan untuk sowan kepada beliau di masjid, akhirnya mereka pun bertemu dengan kyai dan ingin menceritakan mimpi ibuku padanya.
Sebelum Bapak bercerita, kyai keswari sudah tahu bahwa maksud kedatangan mereka ialah untuk menanyakan mimpi, tanpa menunggu mereka bercerita kyai keswari berkata : aku bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW, di dalam mimpiku itu Nabi berkata padaku bahwa besok akan ada sepasang suami istri mengadukan mimpinya padamu, aku pun menunggu sepasang suami istri itu sampai saat ini, dan akhirnya kalian datang juga. Ketahuilah, bahwa laki-laki yang bertemu istrimu ialah Nabi Muhammad SAW, Beliau menyuruh kalian supaya mendidik dan menjadikan anak kalian seorang yang mengerti agama, serta meneruskan perjuangan Nabi dan para kyainya menyebar luaskan agama islam, semua ilmu agama islam itu hanya bisa dipelajari di pondok pesantren. Kedatangan kalian juga menjadi pertanda bahwa umurku sudah tidak lama lagi, karena tugasku memberi tahu kalian sudah selesai dan aku tinggal menunggu Allah memanggilku, sambil beliau tersenyum.
Setelahh berkata kepada kami kyai keswari berdiri dan sholat dua rakaat, kemudian beliau bersedih, menangis tersedu-sedu dan sujud, sebab beliau memang seperti itu setiap malam beliau meminta magfiroh kepada Allah, kami waktu itu orang tuaku hendak meminta izin untuk pulang, tapi karena takut menggangu akhirnya orang tuaku hanya mengucapkan terima kasih dan meninggalkan beliau dalam keadaan sujud.
Malam harinya setelah orang tuaku sowan kepada beliau, ibuku di dalam mimpi bertemu kyai keswari di tempat sama yang dulu pernah di mimpikan ibu sebelumnya, beliau tersenyum pada ibu sambil berkata ;
“Terima kasih, aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Nabi kepadamu, pondokkanlah anakmu setelah dia lulus Tsanawiyah, sebab kelak anakmu akan menjadi panutan di desamu, dia akan meneruskan perjuangan Nabi dan para kyainya, karena hanya di pesantrenlah ilmu agama islam itu bisa dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari”. Ibuku langsung terbangun kemudian ia berwudhu dan sholat shunnah.
Keesokan harinya terdengar sampai telinga orang tuaku bahwa kyai keswari telah meninggal dunia dalam keadaan sujud di masjid, tubuhnya bercahaya, baunya harum dan wajahnya tersenyum seperti dalam mimpi ibu, sampai semua penduduk desaa mendatangi dan saling bertanya karena dari dulu tidak ada mayat yang seperti kyai kesawari. Mungkin itulah kelebihan orang Alim yang menjadi kekasih Allah pasti diberi imbalan di dunia dan akhirat dengan mengetahui sesuatu yang akan terjadi.
            Satu tahun kemudian aku lulus dari sekolah Tsanawiyah, ketika itu usiaku 15 tahun, saat itu juga kedua orang tuaku melakukan apa yang telah dimimpikan ibuku 1 tahun yang lalu serta melaksanakan apa yang dikatakann kyai keswari agar menyuruhku untuk nyantri di pondok pesantren. Sambil meneteskan air mata, mereka hanya berpesan padaku supaya belajar dengan rajin, jangan melanggar peraturan dan berbuat baiklah pada teman-teman di pesantren. Setelah itu orang tuaku mengantarkanku ke halte, tak lama kemudian suara bus terdengar, menjadi tanda keberangkatanku untuk nyantri di pondok pesantren, berbekal dengan restu dan doa orang tuaku segeralah diriku menaiki bus yang akan segera mengantarkanku ke pesantren.
            Aku pun berlalu dari pandangan kedua orang tuaku, suasana sedih menghiasi hati kami. sebab aku pergi meninggalkan mereka, ibu pun menangis dan bersandar di bahu bapak.
Ibu berkata “Sambil menangis” : Pak, aku masih belum sanggup berpisah dengan anak kita, aku masih ingin bersamanya.
Bapak “sambil memegang kepala ibu” mencoba menenangkan hatinya : “sudahlah bu itu semua sudah takdir Allah swt, berawal dari mimpi ibu juga bahwa kelak Rama akan menjadi anak yang mengerti agama yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad dan para kyainya.”  
Ibu menyela perkataan Bapak : “iya pak, ibu mengerti, tapi......”
Bapak mencoba menenangkannya: “jangan begitu bu, kita ikhlaskan saja Anak kita mencari ilmu disana, supaya dia diberi kemudahan oleh Sang Maha Esa”, sudahlah bu ayo kita pulang saja.
            Hari demi hari berlalu, tidak terasa sudah sepuluh tahun aku meninggalkan desa dan orang tuaku, Ibu sangat rindu denganku, sampai tubuhnya kurus, karena terus memikirkanku nafsu makannya berkurang bahkan ia jarang makan dan lebih banyak melamun, menanti aku pulang. Tanpa di sengaja dia tertidur dan dalam tidurnya dia bermimpi bertemu kyai keswari, sebelum sempat bertanya kapan anaknya pulang ?, kyai keswari berkata: “tidak lama lagi anakmu akan pulang dari pesantren, dia sudah berhasil menjadi anak yang mengerti agama, dia-lah yang akan meneruskan perjuangan Nabi dan para kyainya untuk menyebar luaskan ajaran agama islam.”Akhirnya setelah bermimpi bertemu kyai keswari hati Ibu sangat senang karena tidak lama lagi ia akan bertemu dengan anak semata wayangnya.
            Satu minggu kemudian akhirnya Aku menginjakkan kaki di desa, dengan membawa banyak sekali perubahan pada diriku, wajahku bersinar bagaikan sebuah lampu yang terang dalam gelapnya malam, senyumanku indah dan memikat hati banyak orang sehingga setiap orang yang ku sapa langsung mengikutiku karena penasaran. Penduduk desanya terpesona kepadaku hingga mengikuti sampai depan rumah, melihat Aku pulang suasana gembira dengan tangisan terharu, aku mengucapkan salam pada ibuku, ibuku sangat terkejut, ia langsung memeluk erat dan menciumku seraya meluapkan kerinduannya, sebab selama sepuluh tahun berpisah dengan anak semata wayangnya, saat itu tangis gembira menghiasi hati kami, dan semua penduduk desa yang menyaksikannya pun ikut menangis terharu melihat tontonan itu.
Satu bulan kemudian Setelah kepulanganku dari pesantren, ibu berkata kepadalu; sepuluh tahun di pesantren memberikan perubahan yang besar pada dirimu, nak. Sekarang kau rajin sholat berjamaah di masjid, akhlaqmu bagus dan tidak pernah menyakiti hati orang lain. Penduduk desa pun sangat senang mendengarkan cerita-cerita darimu baik itu tentang agama, pendidikan dan guyonan-guyonanmu. Akhirnya kau pun dipilih penduduk menjadi ta’mir masjid, karena penduduk desa sudah percaya sepenuhnya kepadamu, bahwa kamu mampu menjalankan amanat yang diberikan penduduk desa, sebelum kemudian kamu mendirikan TPQ dan Madrasah Diniyah serta mengisi pengajian rutin setiap hari supaya anak-anak serta penduduk desa mengerti agama.
waktu terus berjalan tanpa terasa bahwa desa kami yang dulu banyak sekali orang yang tidak mengerti agama, berani meninggalkan sholat, tidak berpuasa bahkan suka memakan makanan yang dilaknat (dilarang syari’at), sekarang berubah total menjadi desa yang 99% mayoritas penduduknya beragama islam dan mengerti agama islam, semua itu berawal dari pesantren yang menjadi pusat ilmu peradaban agama dari masa ke masa, zaman ke zaman sampai yaumul mizan.


Cerpen karya   ;
Nama              : M. Ali Mashudi
Alamat                        : Pondok pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin
No tlp             : 085952645409

Email              : ibnusujari45@gmail.com   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Travel dokument dan macam macamnya

Bilingualisme dan Dialogsia

Strategi Pembelajaran Mufrodat