Psikososiolingistik

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Bahasa bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara acak atau tidak beraturan. Bahasa itu sistematis. Di samping itu, dapat pula dinyatakan bahwa bahasa terdiri dari subsistem-subsistem, artinya bahasa bukanlah sistem tunggal. Bahasa terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem gramatikal, dan subsistem leksikal.
Ahli bahasa dapat memanfaatkan psikologi untuk menganalisis perolehan bahasa dan akibat gangguan psikologi. Perhubungan ini melahirkan psikolinguistik. Hubungan dengan sosiologi melahirkan sosiolinguistik. Subdisiplin ini dikaji hubungan bahasa dengan pembicara, bahasa apa atau variasi bahasa, apa yang dibicarakan, kepada siapa, dan kapan terjadi pembicaraan. Dengan kata lain, sosiolinguistik menganalisis hubungan antara aspek sosial dengan kegiatan berbahasa. Pemanfaatan antropologi menghasilkan anropolinguistik atau etnolinguistik. Subdisiplin ini mempelajari hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa, dan kebudayaan pada umumnya.
Psiko-sosiolinguistik merupakan interdisipliner, psikolinguistik dan sosiolinguistik, yang kemudian diterjemahkan lebih luas sebagai penggabungan antara psikologi, sosiologi, dan linguistik. Namun sampai saat ini belum jelas bentuk penggabungannya. Akan tetapi pemakalah mencoba untuk mengetahui apa yang di maksud dengan ilmu Psiko-sosiolinguistik yang tidak jauh berbeda dengan ranah pembahasan berkaitan dengan bahasa psikolinguistik dan sosiolinguistik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian psiko-sosiolinguistik ?
2.      Bagaimana sejarah perkembangannya ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian psikososiolinguistik
2.      Untuk mengetahui sejarah perkembangannya
BAB II
PEMBAHASAN
PSIKO-SOSIOLINGUISTIK
  1. Pengertian Psiko-sosiolinguistik
1.      Pengertian Psikolinguistik
Psikolinguistik merupakan interdisipliner yang terdiri dari psikologi dan linguistik.[1] Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan perolehan bahasa oleh manusia (Levelt, 1975). Dari definisi ini terlihat ada dua aspek yang berbeda, yaitu pertama perolehan yang menyangkut bagaimana seseorang, terutama anak-anak belajar bahasa dan kedua penggunaan bahasa oleh orang dewasa normal.[2] Obyek formal psikologi adalah prilaku dan obyek formal dari linguistik adalah bahasa.
2.      Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Maka, untuk memahami apa sosiolinguistik itu, perlu terlebih dahulu dibicarakan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan linguistik itu. Tentang sosiologi telah banyak batasan yang telah dibuat oleh para sosiolog, yang sangat bervariasi, tetapi yang intinya kira-kira adalah bahwa sosiologi itu adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi , dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat.[3] Abdul Chaer menyimpulkan pendapat dari beberapa tokoh pengertian sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu soiologi, dengan objek penelitian hubungan antar bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Atau secara lebih oprasional lagi seperti dikatakan Fishman (1972, 1976), “..study of who speak what languege to whom and when.[4] Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum.
      Jadi Psiko-sosiolinguistik (selanjutnya disingkat PSL), dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lain, seperti ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, atau dengan linguistik sendiri, merupakan ilmu relatif baru. Ditinjau dari nama, PSL menyangkut psikologi, sosiologi, dan linguistik, karena itu PSL mempunyai kaitan erat dengan ketiga kajian tersebut. Psiko-adalah kajian gejala-gejala jiwa/psikis,Sosio-adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi, psiko-sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi gejala-gejala jiwa/psikis kemasyarakatan.
B.     Pertumbuhan dan Perkembangan Psiko-sosiolinguistik
1. Sejarah berkembangnya Psikolinguistik
Pada awal perkembangannya psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang beminat pada psikologi, dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik. Dilanjutkan dengan adanya kerja sama antara pakar linguistic dan pakar psikologi. Dan kemudian muncullah pakar-pakar psikolinguistik sebagai disiplin mandiri.
Psikolinguistik adalah ilmu hibrida atau ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu yaitu psikologi dan linguistik. Benih ilmu ini sebenarnya sudah tampak pada permulaan abad ke 20 tatkala psikolog Jerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan dasar prinsip-prinsip psikologis. Pada waktu itu bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan cultural ke suatu pendekatan yang ilmiah.
Sementara itu di benua Amerika kaitan antara bahasa dengan ilmu jiwa mulai tumbuh. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu:[5]
a. Tahap formatif
Pada pertengahan abad ke 20 John W. Gardner, seorang psikolog dari Amerika, mulai menggagas hibridisasi (penggabungan) kedua ilmu ini. Kemudian dikembangkan oleh John B. Carroll yang pada tahun 1951 menyelenggarakan seminar di Universitas Cornell, untuk merintis keterkaitan kedua disiplin ilmu ini. Dan pertemuan itu dilanjutkan pada tahun 1953 di Universitas Indiana.
Hasil dari pertemuan ini membuat gema yang begitu kuat diantara para ahli ilmu jiwa maupun ahli bahasa, sehingga banyak penelitian yang kemudian dilakukan terarah pada kaitan kedua ilmu ini. Pada sa’at itulah istilah psikolinguistik pertama kali dipakai.
Karya-karya pertama dalam bidang psikolinguistik diantaranya tentang universal bahasa dalam karya Greenberg.
b. Tahap linguistik
Pada tahap ini psikolinguistik banyak diminati orang, dan makin berkembang karena pandangan Chomsky tentang universal bahasa makin mengarah pada pemerolehan bahasa.
c. Tahap kognitif
Pada tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasa. Pelopor seperti Chomsky mengatakan bahwa linguis itu sebenarnya adalah psikolog kognitif. Pemerolehan bahasa pada manusia bukanlah penguasaan komponen bahasa tanpa berlandaskan pada prinsip-prinsip kognitif. Tatabahasa misalnya tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang terlepas dari kognisi manusia.
Pada tahap ini orang juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa karena mereka mulai merasa bahwa biologi merupakan landasan dimana bahasa itu tumbuh. Orang-orang seperti Chomsky mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait secara genetic dengan pertumbuhan biologinya.
d. Tahap teori psikolinguistik
Pada tahap akhir ini, psikolinguisti tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia menyangkut banyak cabang ilmu pengetahuan yang lain.
Dengan demikian psikolinguistik kini telah menjadi ilmu yang ditopang oleh ilmu-ilmu yang lain.
2. . Sejarah berkembangnya Sosiolinguistik
Pada bab History of Sosiolinguitics dalam buku Sosiolinguistics: The Essential Readings dikatakan bahwa sosiolinguistik sebagai sebuah disiplin ilmu mulai berkembang sejak 50 tahun terahir. Sosiolinguistik mengkaji aspek sosial dalam bahasa dan hubungan antara bahasa dan masyarakat. William Dwight Whitney mengatakan bahwa bahasa dalam kaitannya dengan proses komunikasi bukanlah milik individu, melainkan milik anggota masyarakat. Tidak ada bahasa yang dapat bertahan jika hanya digunakan oleh seorang saja, sehingga dapat dikatakan bahwa sesuatu dapat diterima sebagai bahasa jika telah diterima, dipahami, serta dipakai oleh anggota masyarakat.
Istilah sosiolinguistik muncul sejak tahun 1939 pada sebuah artikel karya Thomas C. Hudson yang berjudul Sosiolinguistics in India. Namun ada seseorang bernama Haver Currie (1952), yang menyebut bahwa dirinyalah yang mengenalkan Sosiolinguistik.[6] Semua ahli sepakat bahwa tahun 1960-an adalah tahun yang penting bagi lahirnya sosiolinguistik, terlebih di Amerika. Pada awal 1960-an Joshua Fishman pertama kali mengajar sosiolinguitik tetapi menggunakan istilah Sociology of Language di Universitas Pennsylvania.
Sejak populer menjadi sebuah disiplin ilmu pada akhir 1960, ada dua label yang melekat pada sosiolinguistik, yaitu sosiolinguistik dan sosilogi bahasa yang sama-sama merujuk pada sebuah fenomena yaitu kajian hubungan dan interaksi antara bahasa dan masyarakat. Pada akhirnya perbedaan antara keduanya pun jelas, yaitu sosiolinguistik berfokus pada deskripsi bahasa yang lebih luas, dilakukan oleh seorang linguis dan antropologis, sementara sosiologi bahasa berfokus pada penjelasan dan prediksi fenomena bahasa dalam masyarakat, dilakukan oleh seorang sosiolog.
Menurut Ronald Wardhaugh dalam bukunya an Introduction to Sociolinguistics, istilah sosiolinguistik dikenalkan dengan istilah mikro-linguistik dan istilah sosiologi bahasa dikenalkan dengan istilah makro-linguistik. Yang membedakan dari keduanya adalah bahwa sosiolinguistik menyelidiki hubungan antara bahasa dengan masyarakat dengan tujuan adanya pemahaman yang lebih baik mengenai struktur bahasa dan bagaimana fungsi bahasa dalam komunikasi, sedangkan sosiologi bahasa mencoba menunjukkan bagaimana struktur sosial dapat memberikan pengertian yang lebih baik melalui studi bahasa. Dalam buku yang sama Hudson menyatakan perbedaan di antara keduanya, yaitu sosiolinguistik adalah studi tentang bahasa yang dikaitkan dengan masyarakat, sedang sosiologi bahasa adalah studi tentang masyarakat yang dikaitkan dengan bahasa.
Selanjutnya istilah sosiolinguistik menjadi istilah yang lazim di kalangan linguis dan sosiolog pada November 1966. Beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa asal mula sosiolinguistik berasal dari kajian linguistik antropologi. Menurut mereka sosiolinguistik adalah bentuk moderen dari linguistik antropologi. Leonard Savits menekankan bahwa para sosiolog membutuhkan pelatihan atau penjelasan mengenai linguistik. Karena sosiolinguistik adalah sebuah disiplin ilmu bahasa yang interdisipliner, maka sebagai seorang sosiolinguis mereka harus mengetahui kedua disiplin ilmu utamanya, yaitu sosiologi dan linguistik, agar  kajian yang mereka lakukan menjadi sebuah kajian yang utuh.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas diatas tadi pemakalah dapat menyimpulkan bahwa pengertian dari psikososiolinguistik itu sendiri adalah Psiko-sosiolinguistik (selanjutnya disingkat PSL), dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lain, seperti ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, atau dengan linguistik sendiri, merupakan ilmu relatif baru. Ditinjau dari nama, PSL menyangkut psikologi, sosiologi, dan linguistik, karena itu PSL mempunyai kaitan erat dengan ketiga kajian tersebut. Psiko-adalah kajian gejala-gejala jiwa/psikis, Sosio-adalah masyarakat, danlinguistik adalah kajian bahasa. Jadi, psiko-sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi gejala-gejala jiwa/psikis kemasyarakatan.

Pertumbuhan dan perkembangan psikolinguistik terjadi dalam empat tahap yaitu :
1.      Tahap formatif
2.      Tahap linguis
3.      Tahap kognitif
4.      Tahap teori psikolinguistik.
Sedangkan dalam Sosiolinguistik Pada bab History of Sosiolinguitics dalam buku Sosiolinguistics: The Essential Readings dikatakan bahwa sosiolinguistik sebagai sebuah disiplin ilmu mulai berkembang sejak 50 tahun terakhir. Istilah sosiolinguistik muncul sejak tahun 1939 pada sebuah artikel karya Thomas C. Hudson yang berjudul Sosiolinguistics in India
 
B.     Saran
Semoga makalah singkat ini dapat memberikan kontribusi kepada kita semua dan kami sebagai pemakalah mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami mengharapkan kepada pembaca saran yang membangun demi kebaikan kita bersama kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik,(Yogyakarta: Tesis UIN Sunan Kalijaga, 2008)
Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik suatu pengantar, (Bandung: Refika Aditama, 2011)
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),
Soenjono Dardjowadjojo, psikolinguistik pengantar pemahaman bahasa manusia,,(yayasan obor Indonesia, 2003)
Yogananta Damar. Sejarah Sosiolinguistik. Artikel diakses dari http://www.rumpunsastra.com, pada tanggal 11 November 2015
 




[1]Nazri Syakur, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa; Seri Psikolinguistik,(Yogyakarta: Tesis UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 6
[2] Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik suatu pengantar, (Bandung: Refika Aditama, 2011),  1
[3] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 2
[4] Ibid, 4
[5] Soenjono Dardjowadjojo, psikolinguistik pengantar pemahaman bahasa manusia,,(yayasan obor Indonesia, 2003) h. 1-6
[6] Yogananta Damar. Sejarah Sosiolinguistik. Artikel diakses dari http://www.rumpunsastra.com, pada tanggal 13 September 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Travel dokument dan macam macamnya

Bilingualisme dan Dialogsia

Strategi Pembelajaran Mufrodat