Thesis Bab 3 calon

BAB III

METODE PENELITIAN
            Dalam bab ketiga ini peneliti  membagi metodologi penelitian, terdiri dari tujuh subbab, yaitu: A. Pendekatan dan Jenis penelitian. B. Kehadiran peneliti dilapangan. C. Lokasi penelitian. D. Proedur Pengumpulan Data, Sumber data dan Instrumen penelitian. E. Metode analisis Data. F. Pengecekan keabsahan Data. G. Tahap-tahap penelitian.
A.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif, sebagaimana yang dikatakan Nana Syaodih Sukmadinata, bahwasanya metode kualitatif sebagai prosedur penelitian lebih diarahkan untuk memahami fenomena-fenomena sosial yang diperoleh melalui pengamatan partisipatif dalam kehiduan orang-orang yang menjadi partisipan.[1]
   Sedangkan jenis penelitiannya adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen, yang dikutip oleh Moh. Ainin, studi kasus ( case studi ) merupakan suatu rancangan penelitian  yang memfokuskan pada satu unit, seorang anak, suatu kelompok kecil, suatu sekolah atau kelas, suatu komunitas tertentu, dan suatu peristiwa. Dilihat dari statusnya studi kasus, maka fenomena yang diteliti merupakan fenomena yang khas, unik dan kasuistik. Tujuan peneliti studi kasus ini adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat – sifat serta karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat – sifat yang khas ini akan dijadikan hal yang bersifat umum.[2]
Penelitian ini dilakukan pada latar alamiah, menggunakan manusia, dalam hal ini peneliti sebagai instrument utama, data yang dikumpulkan berupa ujaran-ujaran dan tindakan, dan analisis data yang di lakukan bersifat induktif, supaya data-data dan informasi yang telah dihasilkan dari lembaga pondok pesantren PM Al-Munawaroh, PP Al-Muhibbin, dan PP Tarbiyatun Nasyi’in dapat diproses secara jelas melalui penyajian secara deskriptif. Penyajian dalam bentuk seperti ini akan memiliki gambaran yang nyata adanya pembelajaran dan program pendidikan yang terjadi di pondok pesantren PM Al-Munawaroh, PP Al-Muhibbin, dan PP Tarbiyatun Nasyi’in dapat di tangkap oleh pembaca.
Karakteristik utama studi kasus  adalah apabila peneliti meneliti dua atau lebih subjek, latar atau tempat penyimpanan data. Kasus yng diteliti dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kiai dalam memelihara budaya organisasi yang memiliki karakter yang berbeda .
Dalam penjelasan lain mengatakan bahwa studi kasus adalah studi yang meliputi sasaran penelitiannya dapat berupa manusia,peritiwa,latar, serta dokumen  dan sasaran tersebut ditelaah secarah mandalam sebai suatu totalitas, sesuai dengan latar, atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variable-variabelnya
Pendapat lainnya , yin mendefinisikan studi kasus adalah studi kasus adalah studi yang akan melibatkan kita dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan secarah menyeluruh terhadap tingka laku seseorang individu, penelitian terhadap latar belakang dan kondisi dari individu,kelompok, atau komunitas tertentu dengan tujuan untuk memberikan gambaran lengkap mengenai subjek atau kejadian yang ditelit. Penelitian yang
Dilakukan secara intensif, terinci,dan  mendalam terhadap suatu organisme, lembaga, atau gejala tertentu. Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena didalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan multi sumber bukti dimanfaatkan.
Kelebihan studi kasus adalah dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang leih luas dan juga dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.
Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa karakteristik utama multi kasus adalah apabila peneliti meneliti dua atau lebih subjek, lataratau tempat penyimpanan data. Kasus yang diteliti adalah kepemimpinan kiai dalam memelihara budaya organisasi yang memiliki latar  berbeda.PM gontor ponorogo sejak awal berdiri sampai sekarang didisain system modern dan kurikulumnya tidak mengikuti aturan pemerintahan, dan pp lirboyo Kediri yang sejak awal berdiri sampai sekarang didesain sistemsalaf  kurikulumnya tidak mengikuti aturan pemerintah, sedangkan pesantren tebuireng yang awalnya didesain salaf kemudian dipadukan dengan sitem modern dengan kurikulum mengikuti aturan pemerintah. Rancangan studi multi kasus dilakukan sebagai upaya pertanngunjawaban ilmiah berkenaan dengan kaitan logis antara focus penelitian, pengumpulan data yang relevan. Dan analisis data hasil penelitian.
Memerhatikan keberadaan masing-masing pesantren yang menjadi subjek penelitian ini, kasus dan karateristik pondok pesantren tersebut berbeda-beda, terutama dari segi nilai- nilai yang dianut sehingga karakternya berbeda, maka penlitian ini cocok untuk menggunakan rancangan studi kasus. Penerapan rancangan studi multi kasus dimulai dari kasus tunggal (sebagai kasus pertama)terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pada kasus kedua dan ketiga.
Sebagai penelitian studi multi kasus maka langkah-langkah yang akn ditempuh dalam pnelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Melakukan pengumpulan data kasus pertama,yaitu PM Gontor Ponorogo.Penelitian ini dilakukan sampai pada tingkat kejenuhan data dan selama itu ppula dilakukan kategorisasi dalam tema-tema untuk menemukan  konsepsi tematis mengenai bangnan budaya pesantren yang telah dibangun kyai sebagai pemimpin pesantren dan mengenai kepemimpinan kyai dalam memelihara budaya organisasi (2) melakukan pengamatan pada kasus kedua,yaitu PP Lirboyo Kediri.Tujuannya adalah unuk memperoleh temuan konseptual mengenai bangunan budaya pesantren yang telah dibangun kyai sebagai pemimpin pesantren dan mengenai kepemimpinan kyai dalam memelihara budaya organisasi  (3) melakukan  pengamatan pada kasus ketiga,yaitu Pesantren Tebuireng.Tujuannya adalah untuk memperoleh temuan konseptual mengenai bangunan budaya pesantren yang telah dibangun kyai sebagai pemimpin pesantren dan menenai kepemimpinan kyai dalam memelihara budaya organisasi di pesantren.
Berdasarkan pemahaman kedua focus diatas,lebih lanjut dilakukan analisis lintas kasus untuk memahami perbedaan dan persamaan dari ketiga kasus.Pemahaman tersebut lebih lanjut digunakan sebagai dasar dalam menentukan bangunan budaya pesatren yang berkarakter dan tipologi,peran,dan sifat unik kepemimpinan kyai dalam memelihara budaya organisasi. Dalam dalam hal ini dilakukan analisis termodifikasi sebagai suatu cara mengembangkan teori dan mengujinya.
Sejalan dengan rancangan penelitian studi multi kasus, penwlitian ini berusaha memahami makna peristiwa serta interaksi orang dalam situasi tertentu. Untuk  dapat memahami makna memahmi makna peristiwa dan interaksi orang, digunakan orientasi teoretis atau perspektf teoretis dengan pendekatan fenomenologis (phenomenological approach) seperti yang telah dijelaska diatas.
Pendekatan ini digunakan dangan mengamati fenomena–fenomena dunia konseptual subjek yang diamati melalui tindakan dan pemikiranya guna memahami makna yang disusun oleh subjek di sekitar kejadian sehari-hari. Peneliti berusaha memahami sumebjek dari sudut pandang subjek itu sendiri, dengan tidak mengabaikan penafsiran, dengan membuat skema konseptual. Menurut Weber yang dtulis oleh vredenberg pendekatan fenomenologi disebut  verstehen apabila mengemukakan hubungan antara gejala-gejala sosial yang dapat diuji, bukan pemahaman empiris semata. Dengan menggunakan metode verstehen ini, penelitian dapat memahami secara emik konsep-konsep, pandangan-pandangan, nilai-nilai, ide-ide, gagasan-gagasan, dan norma-norma makna objek yang diteliti.
Kecuali pendekatan fenomenologis, mengingat penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, memahami dan mendeskripsikan kepemimpinan kiai dalam memelihara budaya organisasi  maka untuk memahami perbedaan yang muncul pada masing-masing pesantren digunakan pula orientasi teoretis dengan pendekatan teori kepemimpinan dan budaya organisasi untuk memahami hakikat sudut pandangnya, keterkaitan dengan kehidupan, dan untuk mengungkap visi mengenai dunianya[3].   
 
B.     Kehadiran Peneliti di Lapangan
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak diperlukan, karena disamping meneliti, kehadiran peneliti juga sebagai pengumpul data. Sebagaimana salah satu ciri penelitian kualitatif dalam pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti.[4]
Teori Lofland and Lofland yang dikutip oleh Kasiram betul-betul mengutamakan peran pokok seorang peneliti kualitatif yang sudah harus  dipenuhi, yakni peneliti sebagai meneliti, kehadiran peneliti juga sebagai pengumpul data. Sebagaimana salah satu ciri penelitian kualitatif dalam pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti.[5]
C.    Data dan Sumber Data
Suatu penelitian adalah terkumpulnya data atau informasi, kemudian data tersebut diolah atau dianalisis dan akhirnya analisis itu diterjemahkan atau diinterpretasikan sebagai kesimpulan penelitian. Kegiatan pengumpulan data dibagi menjadi cara mengumpulkan data dan instrument penelitian. Dua kegiatan pengumpulan data tersebut terbagi dalam beberapa bentuk yang sesuai dengan jenis model dan tujuan penelitian. [6]
Untuk mendukung kegiatan penelitian ini, dilakukan pengumpulan data yang bersumber dari:
1.      Kyai, ustadz, santri di pondok pesantren Al-Aqobah Kwaron Diwek Jombang
2.      Dokumen (file)  untuk memperoleh  data  yang meliputi  sejarah  singkat,  visi,  misi,  struktur  organisasi,  keadaan ustadz dan santri, dan data-data yang berupa catatan yang berkaitan dengan pemahaman qowa’id melalui model pembelajaran Amtsilati di pondok pesantren al-Aqobah kwaron diwek jombang.
3.  Hasil observasi (pengamatan)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang pemahaman qowa’id melalui model pembelajaran Amtsilati di pondok pesantren Al-aqobah yang penulis tujukan kepada pimpinan pondok, guna mengetahui kegiatan model pembelajaran Amtsilati dalam pemahaman  Qowa’id yang dilaksanakan di pondok pesantren Al-aqobah kwaron diwek jombang.
D.    Prosedur Pengumpulan Data, Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.[7]
Dalam penelitian ini, untuk mencari dan mengumpulkan data yang sesuai dengan subyek, maka digunakan metode-metode seagai berikut :
1.      Metode Observasi 
Metode observasi dapat diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenomena yang diteliti. Dengan metode observasi ini, penulis memperoleh informasi tentang keadaan objek penelitian, keadaan sarana prasarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar, dll. Dengan demikian peneliti berharap kegiatan pengumpulan data mengenai peningkatan pemahaman belajar qowa’id melalui metode Amtsilati yang dapat berjalan dengan lancar dan mengarah pada hal-hal yang dibutuhkan untuk tercapainya tujuan penelitian ini.
2.  Wawancara ( interview)
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.[8]
Wawancara dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data.Wawancara langsung di adakan dengan orang yang menjadi sumber data dan dilakukan tanpa perantara, baik tentang dirinya maupun tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun wawancara tidak langsung dilakukan terhadap seseorang yang dimintai keterangan tentang orang lain.[9]

3.      Dokumentasi
Metode  dokumentasi  adalah  metode  untuk  mencari  data mengenai peningkatan pemahaman qowa’id melalui model pembelajaran Amtsilati  atau variabel yang berupa buku terbitan lokal, catatan,  dokumen pesantren,  album kenangan,  dan  lain-lain[10].
Metode  ini  digunakan  penulis untuk memperoleh  data  yang meliputi  sejarah  singkat,  visi,  misi,  struktur  organisasi,  keadaan ustadz dan santri, dan data-data yang berupa catatan yang berkaitan dengan model pembelajaran Amtsilati dalam pemahaman  Qowa’iddi pondok pesantren Al-Aqobah kwaron Diwek Jombang.
E.     Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengupulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman ( 1984 ), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. [11]
Langkah- langkah analisis data menurut Miles and Huberman, yaitu:
a.       Reduksi Data
               Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan akhir dan diverivikasi. Reduksi data diartikan juga sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, sudah mengantisipasi adanya reduksi data sudah tampak sewaktu memutuskan kerangka konseptual, wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan penentuan metode pengumpulan data.Selama pengumpulan data berlangsung sudah terjadi tahapan reduksi, selanjutnya (membeut ringkasan, pengodean, penelurusi tema, membuat gugus-gugus, dan menulis memo). Proses ini berlanjut sampai pasca pengumpulan data, bahkan pada akhir pembuatan laporan sehingga tersusun lengkap. 
b.      Penyajian Data
Sebagaimana ditegaskan oleh Miles dan Hubberman, bahwa penyajian data dimaksudkan untuk menentukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.Penyajian data dalam penelitian ini juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari data-data yang diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun selektif.
c.       Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Kegiatan analisis pada tahap ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data digunakan untuk menarik kesimpulan sehingga dapat menemukan pola tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi.Sejak pengumpulan data peneliti berusaha mencari makna atau dari symbol-simbol, mencatat keteraturan pola, penjelasan-penjelasan, dan alur sebab akibat yang terjadi.Dari kegiatan ini dibuat simpulan-simpulan yang sifatnya masih terbuka, umum, kemudian menuju yang spesifik/rinci.Kesimpulan final diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan data selesai.[12]

F.     Pengecekan Keabsahan Data
               Temuan yang ditemukan oleh peneliti perlu keabsahan agar laporan data penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.[13] Kriteria untuk keabsahan temuan yaitu dengan cara. sebagai berikut:
a.    Kredibilitas
Disebut juga derajat kepercayaan meliputi perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan triangulasi :
1.      Perpanjangan  Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan peneliti dapat meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, karena dengan perpanjangan ke ikutsertaan peneliti lebih banyak mengetahui dan mempelajari secara mendalam objek yang diteliti serta dapat menguji ketidakbenaran informasi yang disebabkan oleh distori baik yang berasal dari peneliti maupun responden.
2.      Kekuatan pengamatan
ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian dijelaskan secara rinci.
3.      Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada.[14]
Dalam hal triangulasi, Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomina, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.[15]
b.      Keterangan
Keterangan digunakan untuk mengetahui apakah hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti dapat ditransfer pada situasi lain.
c.       Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud dengan penggunaan bahan refrensi adalah adanya pendukung data yang telah ditemukan oleh peneliti, berupa foto-foto atau dokumen Autentik, sehingga lebih dipercaya.
Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data dikemukakan perlu dilengkapi foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.

G.    Tahap-tahap Penelitian
Salah satu karateristik penelitian kualitatif adalah desainnya disusun secara sirkuler[16]. Oleh karena itu penelitian ini ditempuh melalui tiga tahapan,yaitu:
a.      Studi prsiapan orientasi
b.      Studi eksplorasi umum
c.       Studi eksplorasi terfokus
Pertama, tahapan studi persiapan orientasi dengan menyusun praproposal dan proposal penelitian tentarif dan mengulang sumber pendukung yang diperlukan. Penentuan objek dan focus penelitian ini didasarkan atas: 1) isu-isu umum yaitu pondok pesantren unggul, 2) mengkaji literature-literatur yang relevan, 3) orientasi ke beberapa pondok pesantren dan menetapkan objek penelitian, yaitu: PM Al-Munawaroh diwek, PP Bumi damai Al-Muhibin tambakberas, PP Tarbiyatun Nasyi’in paculgowang, serta 4) diskusi dengan teman sejawat.
            Kedua, tahapan studi eksplorasi umum, dalah: 1] konsultasi, wawancara dan perizinan pada instansi yang berwenang, 2] penjaga umum pada beberapa objek yang ditunjukan untuk melakukan observasi dan wawancara secara global [disebut dengan grand tour dan mini tour]. Guna menentukan pemilihan objek lebih lanjut, 3] studi literature dan menentukan kembali focus penelitahan, 4] seminar kecil dengan promotor dan diskusi dengan teman sejawat untuk memperoleh masukan , serta 5] konsultasi secara kontinu dengan peromotor untuk memperoleh legitimasi guna melanjutkan penelitihan
         Ketiga, tahapan eksplorasi terfokus yang diikuti dengan pengecekan hasil temuan penelitian dan penulisan laporan hasil penelitihan. Tahap eksplorasi terfokus ini mencakup tahap sebagai berikut. [1] pengumpulan data yang dilakukan secarah rinci dan mendalam guna menemukan kerangka konsaptual tema-tema di lapangan. [2] pengumpulan dan analisis data secar bersama sama. [3] pengecekan hasil dan temuan penelitian oleh promotor [4] penulisan laporanhasil penelitian untuk diajukan pada tahap ujian disertasi



       [1] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), hlm.12
       [2] Moh. Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, (Malang, Hilal, 2010 ), hlm.72
[3] Mardiyah, kepemimpinan kyai dalam memelihara budaya organisasi pada bab ke tiga tentang paparan data.
[4] Suharsimi Arikunto, Pros
‘edur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. (Jakarta. PT. Rineka Cipta, 2006),  hlm. 12-17
       [5] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta. PT. Rineka Cipta, 2006),  Hal. 12
[6] M. Subana, Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, ( Bandung, Pustaka Setia, 2011), hlm. 115
[7] Sugiono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif , ( Bandung, Alfabeta,  2008),hlm. 224
[8] Ridlwan, skala pengukuran variable-variabel penelitian,( Bandung, Alfabeta, 2007),hlm. 30
[9] Muhammad Ali, 1992, 72 dari bukunya Mahmud,metode penelitian pendidikan, ( Bandung, Pustaka Setia, 2011),  hlm. 173
[10] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta, PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 158
      [11] Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. (Bandung: Alfabeta 2008 ) Hlm.246-253
[12] Mardiyah, Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, ( Yogyakarta, Aditya Media, 2012), hlm. 114-116
[13] Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan RD), hlm. hal: 270-276
[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 18
[15]Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D”, hlm. 330
[16] Penelitian dapat berlangsung terus untuk memperoleh pemahaman yang senantiasa lebih mendalam, namun pada suatu saat penelitian dihentikan karena pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga, sehingga tidak dipastikan kapan berakhir. Lihat Dr. H. Mardiyah, M.Ag. Kepemimpinan kyai dalam memelihara budaya organisasi, 221

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Travel dokument dan macam macamnya

Bilingualisme dan Dialogsia

Strategi Pembelajaran Mufrodat