PEMBELAJARAN RAGAM IDIOM BAGI PENERJEMAH BAHASA ARAB

PEMBELAJARAN RAGAM IDIOM BAGI PENERJEMAH BAHASA ARAB
Oleh: M. Ali Mashudi
ABSTRACK
Idiom merupakan pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum dan biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya[1]. Namun makna idiom bisa dimengeti secara menyeluruh melalui perasaan kemampuan dalam menerjemahkan teks bahasa arab kedalam bahasa sasaran.
Tujuan penulisan ragam idiom ini bagi penerjemah bahasa arab secara umum untuk mengerti pola bahasa arab serta meminimalisir kesalahan seseorang dalam menerjemahkan bahasa arab, sedangkan tujuan khusus adalah mendeskripsikan akurasi dalam menterjemahkan bahasa arab secara alamiah dan objektif.
Ragam idiom sangat banyak, sangat menarik untuk dikaji secara kritis, fenomenologis diantaranya adalah Idiom dalam bahasa arab dapat dibentuk dari kalimah isim, kalimah fi’il, maupun kalimah huruf. Kalimah-kalimah inilah yang membentuk idiom dalam bahasa Arab menjadi lebih menarik. Berdasarkan kalimah-kalimah inilah maka akan tampak bentuk – bentuk idiom. Idiom bahasa Arab ada yang terbentuk dari satu, dua kata dan, ada pula yang tiga kata bahkan lebih.
Hasil Jurnal pembelajaran ragam idiom ini dirasa penting untuk dibaca, khususnya bagi para penerjemah bahasa arab, sebab jurnal ini ditulis untuk mempermudah para penerjemah bahasa arab menerjemahkan bahasa arab kedalam bahasa indonesia dengan baik dan objektif.
Kata kunci : Pembelajaran Ragam Idiom, Penerjemah Bahasa Arab 

PENDAHULUAN
Fenomena idiomatik Arab telah lama dibincang dan dibahas oleh sarjana Arab seperti Al-Jahiz (M: 255 H) dalam bukunya Ų§Ł„ŲØŁŠŲ§Ł† ŁˆŲ§Ł„ŲŖŲØŁŠŁŠŁ† , Al-Jurjani (M: 471 H) melalui kitabnya Ų§Ł„ŲØŲ§Ł„ŲŗŲ© Ų£Ų³Ų±Ų§Ų± dan ŲÆŁ„Ų§Ų¦Ł„ Ų§Ł„Ų„Ų¹Ų¬Ų§Ų² , manakala Al-zamakhshari (M: 538 H) dengan kitabnyaŲ£Ų³Ų§Ų³ Ų§Ł„ŲØŲ§Ł„ŲŗŲ©  dan Ų§Ł„ŁƒŲ“Ų§Ł .Menurut Shakkor[2] (1992: 64) ilmu retorik Ų¹Ł„Ł… Ų§Ł„ŲØŁŠŲ§Ł†  didefinisi oleh linguis Arab sebagai “disiplin ilmu yang menyatakan cara mengungkap bahasa melalui susunan kalimat dengan pelbagai cara, di mana sebahagian lain menjelaskan kesan dan maknanya” (terjemahan). Dengan demikian, ahli balaghah telah bersepakat bahawa Ų§Ł„ŲØŁŠŲ§Ł† Ų¹Ł„Ł…, mencakupi tiga aspek, iaitu: (Ų§Ł„ŲŖŲ“ŲØŁŠŁ‡) simile (Ų§Ł„Ł…Ų¬Ų§Ų²) figuratif dan (Ų§Ł„ŁƒŁ†Ų§ŁŠŲ©)  metonomi. Bangsa Arab menggunakan ekspresi idiomatik/ simpulan bahasa untuk sebab yang tertentu. Menurut Abu Sa’ad[3] (1987: 7) ekspresi idiomatik digunakan untuk dua kategori, pertama bertujuan untuk mengindahkan unsur bahasa melaui penerapan fenomena pemakaian bahasa dan yang kedua untuk menyatakan kesan semulajadi yang ditunjukkan melalui imej metafora dalam idiom[4].    
Idiom merupakan pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umumnya, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Sebagai contohnya Ų„ِŲØْŁ†ُ Ų§Ł„ْŁŠَŁˆْŁ…ِ maknanya ialah Pemuda Masa kini (Modern), Ł‚َŲŖَŁ„َ Ų§Ł„ْŁˆَŁ‚ْŲŖَ yang berarti menyia-nyiakan waktu. Contoh yang pertama memiliki makna tekstual Anak laki-laki hari ini, namun jika di makna idiomkan menjadi pemuda masa kini (Modern), sedangkan contoh yang kedua memiliki makna tekstual membunuh waktu, namun makna idiom disini ialah menyia-nyiakan waktu.
            Kata Ų„ِŲØْŁ†ُ bermakna anak laki-laki, kata Ų§Ł„ْŁŠَŁˆْŁ…ِ bermakna hari ini tetapi setelah menjadi makna idiom (Ų„ِŲØْŁ†ُ Ų§Ł„ْŁŠَŁˆْŁ…ِ) ialah pemuda masa kini atau modern. Sedangkan  Kata Ł‚َŲŖَŁ„َ bermakna membunuh, kata Ų§Ł„ْŁˆَŁ‚ْŲŖَ bermakna waktu tetapi setelah menjadi makna idiom (Ł‚َŲŖَŁ„َ Ų§Ł„ْŁˆَŁ‚ْŲŖَ) ialah Menyiaq-nyiakan waktu. Dalam Skripsi Pendidikan Bahasa Arab Umi Nurul Fatimah memberi contoh antara  Ų±َŲŗِŲØُ ŁِŁŠ bermakna idiom senang dan Ų±َŲŗِŲØَ Ų§ِŁ„َŁ‰َ yang bermakna idiom meminta[5].
Idiom merupakan kumpulan dua kata atau lebih yang menjadi satu kesatuan atau ungkapan yang tidak bisa difahami secara harfiyah karena mempunyai makna yang berbeda dari kata-kata yang membentuknya, sehingga harus difahami secara konteks dan diterjemahkan dengan mencarikan padanannya dalam bahasa sasaran. Hal inilah yang membuat penerjemah bahasa arab kesulitan dengan adanya makna idiom yang tidak bisa dipahami secara harfiah. Idiom dalam bahasa Arab bisa berupa gabungan kata dengan preposisi, gabungan kata dengan kata, dan peribahasa/ungkapan. Penerjemahan idiomatik merupakan penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran dan cenderung mengubah nuansa makna melalui penggunaan ungkapan sehari-hari dan ungkapan idiomatik yang tidak terdapat dalam bahasa sumber.
Idiom Arab terdiri daripada struktur dan ciri semantik tertentu, antaranya: (1), idiom dengan struktur pola, contohnya: Ų£Ų°Ł† Ł‡Łˆ yang memberi maksud ‘dia memberi tahu apa yang dia dengar tanpa berfikir’. (2), idiom dengan fenomena linguistik tertentu seperti (sinonim, homonim dan antonim). (3), idiom dengan pola peribahasa proverbs. (4), idiom terhasil daripada persekitaran Arab atau dikenali idiom penuh full of idiomatic expressions yang hanya difahami oleh bangsa Arab tertentu[6].
Sejajar dengan itu, kajian ini dijalankan dengan tujuan untuk mengkaji ragam idiom dan pengklasifikasian idiom serta hubungannya dengan penerjemah bahasa arab untuk lebih dalam memahami makna idiom yang tidak bisa dimaknai secara harfiah, namun harus secara kontekstual.
           
A. Pembelajaran idiom dalam bahasa arab
Pengertian Pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan mahasiswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.1Sebagaimana hal yang disebutkan oleh Nababan bahwasannya arti pembelajaran adalah nominalisasi proses untuk membelajarkan[7].
Seharusnya pembelajaran bermakna “proses membuat atau menyebabkan orang lain belajar. Adapun menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari mahasiswa, guru dan tenaga lainnya, materi meliputi; buku-buku, papan tulis dan lain-lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya[8].
Pembelajaran disebut juga sebagai proses perilaku dengan arah positif untuk memecahkan masalah personal, ekonomi, sosial dan politik yang ditemui oleh individu, kelompok dan komunitas. Dalam hal ini perilaku diartikan sebagai sikap, ide, nilai ,keahlian dan minat individu. Sedangkan arah positif merujuk kepada apa yang meningkatkan diri, orang lain dan komunitas. Pembelajaran memungkinkan individu, kelompok, atau komunitas menjadi entities yang berfungsi, efektif dan produktif di dalam masyarakat[9].
Idiom menurut Chaer ialah sebuah ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan baik dari segi leksikal ataupun gramatikal[10]. Sedangkan menurut Fatimah makna Idiom merupakan makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata, kombinasi dari beberapa kata tersebut menghasilkan akan menghasilkan makna yang akan mendekati ataupun berlawanan[11]. Selanjutnya Abdul Chaer Menambahkan Idiom ialah Satuan Bahasa baik berbentuk Frasa, Klausa, dan Kalimat yang maknanya tidak dapat ditebak dari makna leksikalnya maupun gramatikal satuan-satuan bahasa tersebut[12].
Menurut Pateda, Idiom didalamnya mengandung makna kiasan yaitu sebuah makna yang bukan sebenarnya. Makna yang ada kaitannya dengan makna yang sebenarnya ataupun makna yang tidak ada kaitannya[13]. Pengertian Pateda sejalan dengan pengertian Idiom menurut Verhaar bahwa makna kiasan disebut juga dengan makna nonkanonik yakni makna yang bukan dari makna harfiah, artinya makna yang dihasilkan bukan dari makna sebenarnya[14].
Adapun idiom menurut Chun Aik dan Kai Hui dalam bahasa inggris mereka mendefinisikannya “an idiom is a fixed group of words whose meaning is different from the meaning  of the sparatte words” jika diartikan bahasa indonesia Idiom merupakan susunan kelompok kata yang tetap, namun maknanya berbeda dari makna kata-kata itu secara sendiri-sendiri[15]. Sedangkan menurut definisi Ahmad Mukhtar Umar tentang Idiom “
Ų§Ł„ŲŖَŲ¹ْŲØِŁŠْŲ± Ų§Ł„ْŲ„ِŲµْŲŖِŁ„َŲ§Ų­ِŁŠ Ł‡ُŁˆَ Ų¹ِŲØَŲ§Ų±َŲ©ٌ Ł„َŲ§ ŁŠُŁْŁ‡َŁ…ُ Ł…َŲ¹ْŁ†َŲ§Ł‡َŲ§ Ų§Ł„ْŁƒُŁ„ِّŁŠ ŲØِŁ…ُŲ¬َŲ±َّŲÆِ ŁَŁ‡ْŁ…ِ Ł…َŲ¹َŲ§Ł†ِŁŠ Ł…ُŁْŲ±َŲÆَŲ§ŲŖِŁ‡َŲ§ ŁˆَŲ¶َŁ…ِّ Ł‡َŲ°ِŁ‡ِ Ų§ْŁ„Ł…َŲ¹َŲ§Ł†ِŁŠ ŲØَŲ¹ْŲ¶ُŁ‡َŲ§ Ų„ِŁ„َŁ‰ ŲØَŲ¹ْŲ¶ٍ.
Idiom adalah sebuah ungkapan yng maknanya tidak bisa dipahami secara utuh yang terlepas dari sebuah pemahaman tentang makna kata itu sendiri karena adanya penggabungan satu kata dengan lainnya[16].
Pada umumnya seperti yang dikemukakan oleh Abdul Chaer bahwasanya Idiom itu ada dua macam, yaitu idiom sebagian dan idiom penuh[17]. Jadi dari pemaparan makna idiom yang sudah dijelaskan oleh para pakar,  idiom merupakan gabungan sejumlah kata yang menghasilkan makna baru, sehingga maknanya menjadi satu kesatuan makna bahkan bisa  jauh dari makna leksikal maupun sama dengan makna leksikalnya.

B.     Ragam idiom dalam penerjemahan bahasa arab
Menurut Larson, kegiatan penerjemahan adalah menransfer arti dari bahasa sumber (BSu) ke reseptor. Hal ini dilakukan dengan dari menngalihkan bentuk bahasa pertama ke bahasa kedua dengan cara struktur semantik. Hal ini berarti yang sedang ditransfer harus tetap konstan, hanya perubahan bentuk[18].
Penerjemahan terdiri dari mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan budaya konteks teks bahasa sumber (BSu), menganalisisnya untuk menentukan maknanya, kemudian merekonstruksi makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa reseptor dan konteks budaya[19].
Dalam terminologi penerjemahan, dari beberapa literatur yang ada, penggunaan kata strategi sering disamakan dengan teknik, metode, dan prosedur penerjemahan. Lorcher (1992:428) dalam Nababan mendefinisikan strategi penerjemahan sebagai procedures which the subjects employ in order to solve problems. Ada dua kata kunci yang perlu diperhatikan dari defenisi ini, yaitu: Procedures dan to solve problems.
Kata kunci pertama berarti hal apa saja yang dilakukan penerjemah, sementara kata kunci kedua berarti bahwa semua hal yang dilakukan penerjemah dipicu adanya masalah yang muncul. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi dilakukan penerjemah apabila dia menemui masalah ketika melakukan kegiatan penerjemahannya.
Selanjutnya, masalah timbul karena penerjemah telah merancang metode penerjemahan tertentu sebelumnya terhadap teks sumbernya. Kesimpulan Lorcher ini didapat dari penelitian proses yang dilakukannya untuk merekonstruksi strategi penerjemahan[20].
Seorang penerjemah bahasa arab harus memperhatikan ibarat-ibarat isthilahiyah untuk dapat menerjemahkan teks bahasa arab dengan leksikal, dan dapat dipahami pembaca. Dilihat dari segi bahasa ibarat isthilahiyah (idiom) dapat dibagi menjadi dua jeni, yaitu[21]:
1.      Ibarat isthilahiyah penuh yaitu ibarat yang penggunaan unsur-unsur katanya sudah menjadi suatu kesatuan makna, seperti Ł‡ُŁˆَ ŁƒَŲ«ِŁŠْŲ±َ Ų§Ł„Ų±َّŁ…َŲ§ŲÆِ kalimat seperti ini jika seseorang tidak mengerti ibarat maka mengartikannya akan “dia orang yang banyak bahan bakarnya”, padahal yang dimaksud adalah “orang yang dermawan”, sebab orang yang banyak bahan bakarnya pasti dia sering memasak nasi, jika dia sering memasak nasi maka dia banyak tamunya, jika dia banyak tamunya dan diberi makan satu-persatu, maka dia adalah orang yang dermawan[22].
2.      Ibarat isthilahiyah sebagian idiom yang sebagian unsurnya tetap dalam makna leksikalnya, misalnya Ų§Ł„Ų³َّŁˆŲÆŲ§Ų” ŲÆَŁْŲŖَŲ±ُ , dalam yang berarti ‚daftar sesuatu atau orang atau hal-hal yang tidak baik atau tidak disukai‛. KataŲÆَŁْŲŖَŲ±ُ  tetap pada arti ‚daftar atau catatan‛, sedang Ų§Ł„Ų³َّŁˆŲÆŲ§Ų” bermakna ‚sesuatu atau orang atau hal-hal yang tidak baik atau tidak disukai‛. Hal ini merupakan pergeseran dari makna leksikal ‚hitam‛. Termasuk dalam hal ini kelompok ini adalah idiom yang tersusun dari fi’il dan huruf jarr, yang berfungsi untuk mengubah kata kerja intransitif menjadi kata kerja transitif, contoh : leksikalnya makna kata Ų°Ł‡ŲØ adalah ‚pergi‛ dan setelah bergabung dengan huruf jarr (ŲØِ) berubah maknanya menjadi ‚memergikan‛. Huruf jarr yang mengikuti kata kerja intransitif dan mengubahnya menjadi kata kerja transitif senantiasa mengiringi kata tersebut meskipun sudah berubah bentuk menjadi isim fa’il, isim maf’ul dan masdar[23].

Perubahan makna idiom adalah berwujud penambahan maupun pengurangan yang terjadi tidak hanya dari segi kuantitas kata, tetapi juga dari segi kualitasnya. Perubahan makna idiom diantaranya:
a.       Perluasan makna (generalisasi) Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena beberapa faktor menjadi memiliki maknamakna lain. Misalnya kata “saudara” yang pada mulanya hanya bermakna “seperut” atau “sekandungan”. Kemudian, maknanya berkembang menjadi “siapa saja yang sepetalian darah”. Lebih jauh lagi siapapun yang masih mempunyai kesamaan asal usul disebut juga saudara. Makna yang mengalami generalisasi adalah makna yang tadinya mempunyai arti khusus kemudian meluas sehingga melingkupi makna yang lebih luas lagi atau umum[24].
b.      Penyempitan makna (spesialisasi) Perubahan makna menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuahkata yang mulanya memiliki makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas. Misalnya kata “pendeta, ulama” yang aslinya bermakna “orang yang berilmu” tetapi dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna menjadi “guru agama kristen”.
c.       Perubahan makna total Perubahan makna secara total adalah perubahan sebuah makna dari makna asalnya ke makna baru, walaupun kemungkinan ditemukan unsur keterkaitan antara makna asal dengan makna yang baru. Contoh dalam bahasa Indonesia sekarang kata “gapura” telah berubah maknanya menjadi “pintu gerbang”. Kata ini berasal dari bentuk kata sifat nama Allah SWT ŲŗŁŁˆŲ± artinya “maha pengampun”.
d.      Ameliorasi (membaik) Ameliorasi adalah proses perubahan makna bahwa arti yang baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Misalnya, asal kata penggunaan kata Ų²ŁˆŲ¬Ų©” istri” lebih rendah daripada kata Ų§Ł…Ų±Ų£Ų©” perempuan”. Kini, kata Ų²ŁˆŲ¬Ų© nilai rasanya lebih tinggi daripada kata Ų§Ł…Ų±Ų£Ų© yang secara etimologi bermakna “perempuan”[25].
e.       Peyorasi (memburuk) Peyorasi adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih rendah daripada kata sebelumnya. Contoh kata “kroni” kata sebelumnya bermakna “sahabat”, sedangkan makna baru bermakna “kawan dari seorang penjahat”.
f.       Sinestesia (pergeseran dua indera) Sinestesia adalah perubahan makna akibat terjadi pertukaran pemakaian alat indra untuk menangkap gejala yang terjadi disekitar manusia. Misalnya, rasa “pedas” yang seharusnya ditanggap oleh alat indra perasa lidah menjadi ditanggap oleh alat indra pendengar telinga, seperti dalam ujaran “kata-katanya sangat pedas”.
g.      Asosiasi (persamaan sifat) Asosiasi adalah hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran itu. Misalnya, kata “amplop” makna sebenarnya adalah “sampul surat”, tetapi dalam kalimat “supaya urusan cepat selesai, beri saja amplop”, amplop itu bermakna “uang sogok”[26].
h.      Pergeseran makna (eufemisme) Pergeseran makna terjadi pada kata-kata bahasa Indonesia yang disebut eufemisme (melemahkan makna). Biasanya terjadi bagi katakata yang dianggap memiliki makna yang menyinggung perasaan orang yang mengalaminya. Contoh, kata “dipecat” dirasakan terlalukeras, dengan demikian muncul kata “diberhentikan dengan hormat” atau “dipensiunkan”[27].
i.        Kekaburan makna Kekaburan makna disebabkan oleh sifat kata atau kalimat yang bersifat umum, kata atau kalimat tidak pernah homogen seratus persen kata akan jelas maknanya jika berada di dalam kalimat dan kalimat akan jelas maknanya jika berada di dalam konteks, batas makna yang dihubugkan dengan bahasa dan yang berada di luar bahasa tidak jelas, kurang akrabnya kata yang digunakan dengan acuannya. Misalnya, jika seseorang berkata “buku”, maka buku apa yang dimaksud, belum jelas. Kata “air” yang berbeda-beda maknanya jika berada di dalam kalimat, dan berbeda-beda pula konteksnya. Makna “pandai” tidak jelas sampai manakah batas makna kata “pandai”. Kata “demokrasi” orang akan bingung menerangkan secara jelas makna kata tersebut karena kurang akrabnya kata yang digunakan dengan acuannya[28].

Adapun ada beberapa macam idiom versi yang lain, ditinjau dari segi bentuk kalimat atau kata-nya antara lain :
a.       Kalimat Verbal (Ų§Ł„ŁŲ¹Ł„ŪŒŲ© Ų§Ł„Ų¬Ł…Ł„Ų©) Dalam bahasa Arab banyak digunakan jumlah fi’liyah, yaitu kalimat yang diawali dengan fi’il sebagai permulaan kalimat sehingga kalimat itu dimulai dengan predikat, sedangkan subjeknya berada dibelakang. Namun, walaupun kalimat itu berbentuk jumlah fi’liyah, tetapi padanannya dalam bahasa Indonesia adalah jumlah ismiyah, sehingga kalimat itu diterjemahkan seperti: jumlah ismiyah pula, contoh: ŪŒŲØŪŒŲ¹ُ Ų§Ł„ŁŁ„Ų§Ų­ُ Ų§Ł„Ų­Ų¶Ų±َ  Arti harfiyah : Menjual petani sayur-sayuran Terjemahan : Petani menjual sayur-sayuran ŲŖŲ¹Ł„Ł…َ Ų§Ł„ŲŖŁ„Ų§Ł…ŪŒŲ°ُ ŁƒŁ„َ ŪŒŁˆŁ…ٍ  Arti harfiah : Belajar para mahasiswa tiap hari Terjemahan : Para mahasiswa belajar tiap hari[29].
b.      Kata Bentuk Aktif (Ų§Ł„Ł…ŲØŁ†ŁŠ Ł„Ł„Ł…Ų¹Ł„ŁˆŁ…) Dalam kalimat bahasa Arab, kalam, banyak digunakan fi’il mabni ma’lum, seperti: Ł‚Ų§Ł„ - ŪŒŁ‚ŁˆŁ„, Ł‚Ų±Ų£ – ŪŒŁ‚Ų±Ų£, ŲØŲ§Ų¹ – ŪŒŲØŪŒŲ¹  dan lain-lain. Sehingga berbentuk kalimat aktif, tetapi padanannya dalam terjemahan ke dalam bahasa Indonesia berbentuk pasif, seperti: Ś¾Ų°Ų§ ŁƒŲŖŲ§ŲØٌ Ų§Ų“ŲŖŲ±Ų§Ł‡ُ Ł…Ų­Ł…ŲÆُ Ų§Ł…Ų³َ  Arti harfiah : Ini kitab yang membelinya Muhammad kemarin Terjemahan idiomnya : Ini kitab yang dibeli Muhammad kemarin Ś¾Ų°Ų§ Ų§Ł„ŁƒŲŖŲ§ŲØُ Ų§Ł„ŁŁ‡ Ų§Ł„ŲÆŁƒŲŖŁˆŲ± Ł…Ų­Ł…ŲÆ  Arti harfiah : Kitab ini mengarangnya Dr. Muhammad Terjemahanidiomnya : Kitab ini dikarang oleh Dr Muhammad
c.       Kata Bentuk Pasif ((Ų§Ł„Ł…ŲØŁ†ŁŠ Ł„Ł„Ł…Ų¬Ł‡ŁˆŁ„ Dalam kalimat-kalimat berikut ini digunakan fi’il mabni majhul atau isim maf’ul, yaitu bentuk yang digunakan dalam kalimat pasif. Tetapi padanannya dalam terjemahan bahasa Indonesia berbentuk kalimat aktif. Bahkan ada beberapa fi’il yang sebenarnya digunakan dalam bentuk mabni majhul sedang maknanya mabni ma’lum, seperti: Ų³َŲ±َŲ±ْŲŖُ ŲØŁ„Ł‚Ų§Ų¦Łƒَ  Arti harfiyah: Saya disenangi karena bertemu anda Terjemahan : Saya senang bertemu anda Ų£Ł†Ų§ Ł…َŲ³ْŲ±ُŁˆْŲ±ُ ŲØِŲ­ُŲ¶ُŁˆْŲ±ِŁƒَ Arti harfiyah: Saya disenangi oleh kedatangan anda Terjemahan : Saya senang anda datang[30].
d.      Arti Kata ((Ų¹Ł† Kata kadang-kadang berfungsi untuk memuta’adikan kata kerja, sehingga tersebut tidak diterjemahkan secara tekstual dari atau tentang, melainkan konstekstual bahkankadangtidak diterjemahkan sama sekali, contoh: ŲØَŲ­َŲ«َ Ų§Ł„Ų±َّŲ¬ُŁ„ُ Ų¹َŁ†ْ ŁˆَŁ„َŲÆِŁ‡ِ ŁِŁ‰ Ų§Ł„ْŁ…َŲÆْŲ±َŲ³َŲ©ِ Arti harfiyah : Membahas orang itu tentang anaknya di sekolah Terjemahan : Orang itu mencari anaknya di sekolah. Ų§Ų¹Ł„َŁ†َ Ų§Ł„Ł…ŲÆŪŒŲ±ُŲ¹Ł† Ų­Ų§Ų¬ŲŖŚ¾ِ Ų§Ł„Ł‰ Ł…ُŁˆَŲøŁ Arti harfiyah : Mengumumkan Direktur itu tentang butuhnya kepada pegawai Penerjemahan : Direktur itu menyatakan perlunya pegawai.
e.       Arti Kata  (Ų¹Ł„Ł‰) Kata mempunyai makna yang beragam, kadang-kadang apabila diterjemahkan sesuai dengan pengertian dan maksud kalimat, contoh: Ų¹َŁ„َŪŒْŁƒَ Ų§َŁ†ْ ŲŖَŲ·ِŪŒْŲ¹َ ŁˆَŲ§Ł„ِŲÆَŪŒْŁƒَ Arti harfiyah : Atas kamu untuk kamu menaati kedua orang tuamu Terjemahan : Kamu harus menaati kedua orang tuamu. ŪŒَŲŖَŲ¹َŲ§ŁˆَŁ†ُ Ų§َŁ„ْŁَŁ„Ų§َŲ­ُŁˆْŁ†َ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ł…ُŲ­َŲ§Ų±َŲØَŲ©ِ   Ų§Ł„ْŁِŲ¦ْŲ±َŲ§Ł†ِ Arti harfiyah :Tolong menolong para petani itu atas memerangi tikus Terjemahan : Para petani itu bekerja sama untuk memberantas tikus.
f.       Arti Kata (  ( Ł…Ł†Kata Ł…Ł† mempunyai beberapa padanan makna, karena itu Ł…Ł† tidak selalu diberi arti sama, melainkan diterjemahkan sesuai dengan pengertian kalimat. Kadang-kadang berarti karena, salah seorang, dari, terhadap, antara lain. Contoh: ŁˆَŲµَŁ„َ Ų§Ł„Ų³ُّŪŒَّŲ§Ų­ُ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„ْŪŒَŲ§ŲØَŲ§Ł†ِ  Arti harfiyah : Sampai para turis itu datang dari JepangPenerjemahan : Para turis itu datang dari Jepang Ł…ِŁ†ْ Ų£َŲ·ِŲØّŲ§Ų”ِ Ų§Ł„ْŲ¹َŲ±َŲØِ Ų£َŲØُŁˆ Ų§Ł„ْŁ‚َŲ§Ų³ِŁ…ِ Ų§Ł„Ų²َّŚ¾ْŲ±َŲ§ŁˆِŁŠ  Arti harfiyah :Dari dokter-dokter Arab Abul Qosim Al-Zahrawi Penerjemahan :Abu Kasim Al-Zahrowi adalah salah seorang Dokter Arab[31].
g.      Arti Kata ( ŲØ ) Banyak penggunaan huruf jar Ų§Ł„ŲØŲ§Ų” yang berfungsi sebagai harf ta’adiyah. Harf ta’adiyah ini tidak membawa perubahan makna, melainkan menegaskan bahwa kata yang berada dibelakangnya adalah objek. Mengingat bahwa untuk mengetahui keseluruhan fi’il yang memuta’adikan dengan harf, dan dengan harf apa fi’il itu menjadi muta’addi, perlu diteliti bermacam-macam kamus dan bermacam-macam naskah, maka dibawah ini hanya akan dikemukakan fi’il yang banyak terpakai saja. Contoh: Ų§ِŲ¹ْŲŖَŲ±َŁَ Ų§Ł„Ų·َّŲ§Ł„ِŲØُ ŲØِŲŖَŁَŁˆُّŁ‚ِ Ų²َŁ…ِŪŒْŁ„ِŚ¾ِŁ… Arti harfiyah : Mengakui mahamahasiswa itu dengan keunggulan temannya Penerjemahan : Mahamahasiswa itu mengakui keunggulan temannya. Ų§ِŲ®ْŲŖَŁَŁ„َŲŖْ Ų§Ł„Ų¬َŲ§Ł…ِŲ¹َŲ©َ ŲØِŲ¹ِŪŒْŲÆِŚ¾َŲ§ Ų§Ł„Ų³َّŁ†َŁˆِŁŠِّ  Arti harfiyah : Menyelenggarakan perguruan tinggi itu dengan ulang tahunnya Penerjemahan : Perguruan tinggi itu merayakan ulang tahunnya[32].
h.      Huruf ŲØ Tambahan Dalam srtuktur kalimat bahasa Arab, kita sering menemukan huruf ŲØ  tambahan, dan huruf ŲØ disini tidak bermakna sama sekali. Huruf ŲØ tambahan biasanya mendahului: - Ų®ŲØŲ± - ŁŲ§Ų¹Ł„ - Ł…ŁŲ¹ŁˆŁ„ - Ł…ŲØŲŖŲÆŲ£ - ŁƒŪŒŁ - Ų§Ų°Ų§ :Contoh - Ų®ŲØŲ± Ł…Ų§ (Ł„ŪŒŲ³) - Ų§Ł„ŲØŲ§Ų” ditambahkan pada mubtada’ (subyek) ŁˆَŲµَŁ„َ Ų§Ł„Ų·ُّŁ„Ų§َّŲØُ Ų§ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„ْŁ…َŲ·َŲ±ِ ŁَŲ§ِŲ°َŲ§ ŲØِŲ­َŲ§Ų±َŲ³ِ ŪŒَŁ…ْŁ†َŲ¹ُŚ¾ُŁ…ْ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„ŲÆُّŲ®ُŁˆْŁ„ِ Ų§Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ł‚َŲ§Ų¹َŲ©ِ Ų§Ł„Ų§ِŁ†ْŲŖِŲøَŲ§Ų±ِ  Arti harfiyah : Sampai para mahamahasiswa ke bandara, maka tiba-tiba dengan penjaga mencegah mereka dari masuk ke ruang tunggu. Terjemahan : Para mahamahasiswa sampai di bandara, tibatiba seorang penjaga melarang mereka masuk keruang tunggu. - Ų§Ł„ŲØŲ§Ų” ditambahkan pada khobar (predikat) َŲ§Ł„َ Ų§Ł„Ų·ُّŁ„Ų§َّŲØُ : Ł„َŲ³ْŁ†َŲ§ ŲØِŲ³ُŪŒَّŲ§Ų­ِ Arti harfiyah: Berkata mahamahasiswa: kami bukan dengan turis Terjemahan : Mahamahasiswa berkata: kami bukan turis. - Ų§Ł„ŲØŲ§Ų” ditambahkan pada fa’il (subyek) ŁƒَŁَŁ‰ ŲØِŲ§Ų§Ł„Ł„Ł‡ِ Ų“َŚ¾ِŪŒْŲÆًŲ§  Arti harfiyah: Cukup dengan Allah sebagai saksi Terjemahan : Cukup, Allah sebagai saksi. - Ų§Ł„ŲØŲ§Ų” ditambahkan pada maf’ul (obyek) ŁƒَŁَŁ‰ ŲØِŲ¹َŁ„ِŁŠِّ ŲŖَŲ¬َŲ§Ų±ُŲØُ Ų§Ł„ْŲ­َŪŒَŲ§Ų©ِ  Arti harfiyah: Cukup dengan Ali pengalaman-pengalaman hidup Terjemahan : Pengalaman hidup cukup banyak bagi Ali. - Ų§Ł„ŲØŲ§Ų” ditambahkan pada khobar Ł…Ų§ Ł…َŲ§ Ų§َŁ†َŲ§ ŲØِŁ‚َŲ§Ų±ِŲ¦ٍ  Arti harfiyah: Tidak saya dengan orang yang membaca Terjemahan : Saya tidak dapat membaca. - Ų§Ł„ŲØŲ§Ų” bersama ŁƒŪŒŁ dan ditambahkan pada mubtada’ ŁƒَŪŒْŁَ ŲØِŲ§َŲ®ِŪŒْŁƒَ Ų§Ł„ْŁ…َŲ±ِŪŒْŲ¶ِ ؟  Arti harfiyah: Bagaimana dengan saudaramu yang sakit ? Terjemahan : Bagaimana saudaramu yang sakit ?
i.        Arti huruf Ł…Ų§ tambahan Huruf Ł…Ų§ tambahan apabila berada sesudah Ų§Ų°Ų§ dan Ų“Ų±Ų· karena itu maka tidak mempunyai padanan makna. Berbeda dengan Ł…Ų§ yang berstatus sebagai: isim maushul, istifham, harf nafhyi, atau harf syarth. Ų§ِŲ°َŲ§ Ł…َŲ§ Ł†َŲ¬َŲ­ْŲŖَ Ų­َŲµَŁ„ْŲŖَ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ų“َŚ¾َŲ§ŲÆَŲ©ٍ Arti harfiyah: Apabila apa kamu lulus mendapat kamu ijazah Terjemahan : Apabila kamu telah lulus kamu akan mendapat ijazah. Ų§َŪŒْŁ†َŁ…َŲ§ ŲŖَŁƒُŁˆْŁ†ُŁˆْŲ§ Ų§ُŲ³َŲ§Ų¹ِŲÆْŁƒُŁ…ْ Arti harfiyah : Dimana apa kamu sekalian berada saya menolong kalian Terjemahan : Dimanapun kalian berada saya pasti akan menolongnya[33].

C.    Problematika idiom dalam bahasa arab
Problematika Penerjemahan Problematika akan muncul ketika pengalihbahasaan suatu bahasa ke dalam bahasa lain, baik problematika linguistik maupun non linguistik.
a.       Problematika Linguistik
1).  Kosa Kata Kesulitan kosakata yang sering dijumpai karena pengetahuan tentang bahasa yang amat terbatas atau kata-kata yang mengandung pengertian yang tidak diketahui sebelumnya. Kesulitan ini bisa diatasi dengan menyediakankamus-kamus standar yang berisi kosakata yang baku.
2). Tata Kalimat (al-qawa’id) Sering dijumpai sekalipun translator banyak menguasai kitab-kitab al- qawa’id. Misalnya, menentukan fi’il, fa’il dan maf’ul secara keseluruhan dalam kalimat major (jumlah al-kubra) yang terdiri atas beberapa kalimat. Kesulitan ini bisa diatasi dengan terus berusaha menguasai al-qawa’id (sharf, nahw dan balaghah) secara teoritis dan praktis[34].
3).  Masalah susunan kalimat Seseorang tidak dapat menerjemahkan secara urut begitu saja kata demi kata dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, kecuali harus meletakkan kata- kata itu dalam kerangka konteks keseluruhan unit, juga karena susunan kata-kata bahasa Arab cukup berbeda, bahkan berbalikan dengan susunan kata bahasa Indonesia. Kesulitan ini bisa diatasi dengan berusaha mengetahui susunan kalimat bahasa Arab sebagai hal-hal yang komplek karena tidak ada persamaan dalam bahasa Indonesia (Soegeng dan Madyo Ekosusilo, 1990: 21).
4).  Transliterasi Kesulitan transliterasi, khususnya berkenaan dengan nama orang dan kota. Kesulitan ini bisa diatasi dengan berusaha secara intensif untuk memiliki kemampuan dua bahasa: bahasa alihan dan sumber.
5).   Perkembangan bahasa Perkembangan bahasa bergantung pada perkembangan ilmu dan sains, seperti tentang kata, istilah, atau ungkapan yang sebelumnya tidak ada dalambahasa Arab. Kesulitan ini bisa diatasi dengan mencari dan mengikuti perkembangan bahasa, khususnya istuilah-istilah yang sesuai dengan disiplin ilmu tertentu[35].

b.      Konteks Non-linguistik
1).  Sosio dan kultural. Kesulitan non linguistik yang sering dijumpai iasanya menyangkut masalah sosial dan kultural. Sosio-kultural bangsa Arab pasti berbeda dengan sosio-kultural bangsa Indonesia, Perbedaan ini menimbulkan problematika. Fenomena sosial, termasuk bahasa, adalah mempengaruhi terhadap pembinaan pengajaran bahasa Arab. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, maka pemahaman bahasa Arab penting sebagai bahasa agama. Hal ini kontak bahasa dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dimana manusia akan terbiasa menggunakan suatau bahasa karena mereka membutuhkan komunikasi secara terus menerus.  Problematika yang kemudian timbul adalah ungkapan- ungkapan, istilah-istilah, nama-nama benda yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tidak mudah dipahami pengertiannya oleh pelajar bahasa Arab dari orang Indonesia yang belum mengenal sedikitpun sosio-kultural bangsa Arab[36]. Kesulitan ini bisa diatasi dengan mengetahui latar belakang sosio-kultural bangsa Arab khususnya, baik dulu maupun sekarang. Kemudian perlu diusahakan penyusunan materi pelajaran bahasa Arab yang mengandung hal-hal yang dapat memberikan gambaran sekitar sosio-kultural bangsa Arab.
2).   Rasa enggan dan membosankan Banyak di antara mahasiswa dan generasai muda menjadi enggan dan merasa bosan menghadapi teks yang berbahasa Arab. Hal ini disebabkan oleh dasar penguasan bahasa Arab yang kurang, ditambah dengan banyaknya kata-kata yang tidak tahu artinya. Kesulitan ini bisa diatasi dengan memulai membaca buku-buku atau teks yang sederhana yang tertulis dalam bahasa Arab yang relatif lebih mudah, disamping memilih buku-buku ilmiah populer, juga perlu bagi pemula untuk memilih buku-buku atau teks yang menarik baginya. Daya tarik tertentu akan menghilangkan rasa enggan dan bosan yang akan mempermudah dalam pemahaman[37].  
3).   Tingkat Kemampuan Penerjemah Berbeda-beda Kesukaran suatu teks bisa dikaitkan dengan tingkat kemampuan penerjemah, timbul dua hal yang saling berhubungan. Teksnya dianggap mudah karenatingkatkemampuan penerjemahnya sudah baik sekali, atau tingkat teksnya dianggap sukar karena tingkat kemampuan si penerjemah masih sangat rendah. Akan tetapi, karena si penerjemah adalah pelaku utama dalam proses penerjemahan, tingkat kemampuannya menjadi faktor penentu berhasil tidaknya penerjemahan itu dilakukan. Apabila dia sudah memiliki kompetensi penerjemahan yang komprehensif, masalah-masalah yang timbul dalam praktek menerjemahkan bisa diatasinya dengan mudah. Sebaliknya, penerjemah pemulayang kompetensi penerjemahannya masih sangat terbatas akan berbagai macam kesulitan[38].

D.    Analisis materi idiom bagi penerjemah bahasa arab
Idiom adalah suatu bentuk ucapan atau ungkapan yang khusus. berdasarkan aspek tata bahasa,ia tidak bisa difahami hanya dengan menggunakan kamus atau secara harfiah.ungkapan yang mempunyai makna yang tidakboleh di fahami secarakata perkata. Karena itu, proses menerjemah idiom memerlukan pengetahuan yang luas tentang cakupan makna, dengan itu hanyapenterjemah atau pelajar yang mempunyai wawasan yang luas serta paham akan budaya-budaya bahasa.
Tujuan pembelajaran ragam idiom ini lebih dikhususkan bagi penterjemah bahasa arab dan mahamahasiswa yang sedang mempelajari pembelajaran bahasa arab dalam semua jenjang, maka pembelajaran ragam idiomini sangatlah penting dalam dunia penerjemahan dan pendidikan.
Contoh – contoh idiom dalam bahasa arab:
A. Contoh Idiom terdiri dari dua Kalimat;
No
Lafadz
Makna Harfiah
Makna Idiom
Keterangan
1
Ų±َŲŗِŲØَ ŁِŁŠ
Menginginkan dalam
Cinta

2
Ų±َŲŗِŲØَ Ų„ِŁ„َŁ‰
Menginginkan pada
Memohon

3
Ų±َŲŗِŲØَ Ų¹َŁ†ْ
Menginginkan tentang
Benci

4
Ų±ŲŗŲØ ŲØِ
Menginginkan dengan
Memilih

5
Ł‡ُŁˆَ Ų§ُŲ°ُŁ†ٌ
Dia ialah Telinga
Dia memberitahu apa yang ia dengar tanpa berfikir

6
ŁƒَŲ«ِŁŠْŲ±ُ Ų§Ł„Ų±َّŁ…َŲ§ŲÆِ
Banyak Arangnya
Dermawan


B. Contoh Idiom terdiri dari tiga kata;
No
Lafadz
Makna Harfiah
Makna Idiom
Keterangan
1
Ł†َŲøْŲ±ًŲ§ ŁِŁŠ Ų§Ł„ْŲ£َŁ…ْŲ±ِŁŠْ
Melihat didalam sebuah perkara
Ia sedang mempelajari sebuah perkara

2
Ų¢ŲŖَŁ‰ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِŁ…ْ Ų§Ł„ŲÆَّŁ‡ْŲ±ُ
Telah datang kepada mereka suatu masa
Mereka lenyap/meninggal dunia

3
Ł…َŲ±َŲ±ْŲŖُ ŁŠَŲ§ Ų³ُŁˆْŁ‚َ
Aku melewati hai pasar
Aku melewati pasar

4
Ł‚Ł„ŲØ Ł†ŲøŲ± ŁŁŠ
Hati Melihat dalam
Merenungkan

5
Ł…َŲÆَّ ŁŠَŲÆَŁ‡ُ Ų¹َŁ„َŁ‰
Panjang tangannya pada
Mencuri

6
ŁŠَŲ®ْŲ±ُŲ¬ُ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ų§Ł„ْŁ‚َŁˆَŲ§Ł†ِŁŠْŁ†َ
Keluar dari hukum
Melawan hukum


C. Contoh idiom terdiri dari empat kata atau lebih;
No
Lafadz
Makna Harfiah
Makna Idiom
Keterangan
1
Ų°َŁ‡َŲØَ ŁُŁ„َŲ§Ł†ٌ ŁŠَŲ§ Ų“َŁŠْŲ¦َ
Sifulan pergi wahai sesuatu
Si fulan menghilangkan benda itu

2
Ų®َŲ±َŲ¬َ Ų§Ł„ْŲ±ّŲ§Ų¹ِŁ‰ ŲØِŲŗَŁ†َŁ…ِŁ‡ِ
Pengembala keluar dengan kambingnya
Pengembala itu membawa pergi kambingnya

3
Ł‚َŲ§Ł…َ ŁُŁ„َŲ§Ł†ٌ ŲØِŲ£َŲ¹ْŁ…َŲ§Ł„ِ Ų§Ł„ْŲ¹َŲøِŁŠْŁ…َŲ©ِ
Fulan berdiri dengan pekerjaan mulia
Fulan mengerjakan pekerjaan yang mulia

4
Ų·َŲ¹َŁ†َ ŁُŁ„َŲ§Ł†ٌ ŁِŁŠ Ų“َŲ±َŁِ Ų°َŲ§Ł„ِŁƒَ Ų“َŲ­ْŲµٍ
Fulan mengolok-olok dengan mulya orang itu
Fulan mencemarkan nama baik orang itu

5
Ų¶َŲ±َŲØَ Ų§Ł„Ų³ِّŲØَŲ§Ų­ُ ŁِŁŠ Ų§Ł„ْŁ…َŲ§Ų”ِ Ł…َŲ¹َ Ų²ُŁ…َŁ„َŲ§Ų¦ِŁ‡ِ
Perenang memukul di air bersama teman-temannya
Perenang berenang di air bersama teman-temannya

6
Ł‡َŲ°َŲ§ Ų§Ł„Ų£َŁ…ْŲ±ُ ŁˆَŲ§Ų¶ِŲ­ٌ ŁˆُŲ¶َŁˆْŲ­ُ Ų§Ł„Ų“َّŁ…ْŲ“ِ
Permasalahan ini jelas seperti sinar matahari
Permasalahan ini sungguh jelas sekali


KESIMPULAN
Ada beberapa hal yang harus diketahui penerjemah bahasa arab kedalam bahasa sasaran, diantaranya ialah mengerti makna idiom, hal ini dirasa sangat penting sebab banyak kalimat bahasa arab yang tidak bisa diartikan secara tekstual, namun juga harus mempunyai perasaan yang dalam untuk menerjemah teks bahasa arab kedalam bahasa sasaran (bahasa indonesia).

DAFTAR PUSTAKA
Nurhasanah Ardiati Nst : Analisis Idiom Dalam Bahasa Arab, 2010, Abstrak skripsi Fakultas Bahasa Aarab di Universitas Sumatra Utara.
Shakkour, J. (1992). Kitāb al-bayān (in Arabic). Beirut: Daar al-fikr al-lubnanii,
Abu sa’ad, A. (1987) MÅ­kjām al-tarākÄ«b wa al-ibārāt al- istilāhiyya al- āmiyya al-qadÄ«m minhā wa al-mÅ­wallād. BayrÅ«t. Dār al-ilm l‟al-malāyÄ«n,
Muhammad Luqman Ibnul Hakim Dkk, Fenomena Antara Idiom dan Kolokasi: Satu Analisis Terjemahan Struktur dan Makna Jurnal Linguistik Vol. 19(2) Disember.2015 (010-023),
Umi Nurul Fatimah, Idiom bahasa arab tinjauan gramatikal dan semantis, skripsi pendidikan bahasa arab Universitas Negri Semarang,
Muhammad Luqman Ibnul Hakim Dkk, Fenomena Antara Idiom dan Kolokasi: Satu Analisis Terjemahan Struktur dan Makna Jurnal Linguistik Vol. 19(2) Disember.2015 (010-023),
Jos D Parera, Lingustik Edukasional, (Jakarta: Erlangga 1997),
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006),
Abdul Chaer, Linguistik umum edisi revisi cet. Ke Empat (Jakarta: Rineka cipta: 2012),
Fatimah Djajasudarma, Semantik 2- Pemahaman Ilmu Makna (Bandung: PT. Refika Aditama: 2012),
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka cipta: 2013),
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal Edisi Kedua (Jakarta: Rineka cipta: 2010),
J.W.M. Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum Cet. Ketujuh (Yogyakarta: Gadjah Mada University Prees: 2010),
Kam Chuin Aik dan Kam Kai Hui, Longman Dictionary Of Grammar adn Ussage Ed. Kedua (Singapura: Edisson Wesley Longman Singapura: 1999),
Ahmad Mukhtar Umar, Ilmu Ad-Dalalah Cet. Kelima (Qohiroh: Ilmu Al Kutub: 1998), 33
Abdul Chaer, Linguistik umum edisi revisi cet. Ke Empat,
Larson, M. L. Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence (Lanham Md: University Press of America, 1984),
Larson, M. L. Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence,
N. Lalah Alawiyah, Ahmad Royani, Mukhshon Nawawi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ANALISIS TERJEMAHAN TEKS AKADEMIK MAHAMAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARABArabiyĆ¢t : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 3, (2), 2016,
Lihat: Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia(Jakarta; PT Asdi Mahasatya, 2009),
Baiq Tuhfatul Unsi, Ibarat Isthilahiyah jurnal Tafaqquh; Vol. 1 No. 1, Mei 2013
Muhandis Az-Zuhri, Musoffa Basyir, dan Muhammad Jaeni, op.cit.,
Achmad HP. dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:Erlangga.2012)
Rofi’i, tt, Dalil Fi Al-Tarjamah (Bimbingan Tarjamah Bahasa Arab), Yogyakarta: Pustaka,
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet.IV, (Bandung: Humaniora, 2011,
M. Rudolf Nababan, 1999, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,




[1] Nurhasanah Ardiati Nst : Analisis Idiom Dalam Bahasa Arab, 2010, Abstrak skripsi Fakultas Bahasa Aarab di Universitas Sumatra Utara.
[2] Shakkour, J. (1992). Kitāb al-bayān (in Arabic). Beirut: Daar al-fikr al-lubnanii, 64
[3] Abu sa’ad, A. (1987) MÅ­kjām al-tarākÄ«b wa al-ibārāt al- istilāhiyya al- āmiyya al-qadÄ«m minhā wa al-mÅ­wallād. BayrÅ«t. Dār al-ilm l‟al-malāyÄ«n, 7
[4] Muhammad Luqman Ibnul Hakim Dkk, Fenomena Antara Idiom dan Kolokasi: Satu Analisis Terjemahan Struktur dan Makna Jurnal Linguistik Vol. 19(2) Disember.2015 (010-023), 11
[5] Umi Nurul Fatimah, Idiom bahasa arab tinjauan gramatikal dan semantis, skripsi pendidikan bahasa arab Universitas Negri Semarang, 1
[6] Muhammad Luqman Ibnul Hakim Dkk, Fenomena Antara Idiom dan Kolokasi: Satu Analisis Terjemahan Struktur dan Makna Jurnal Linguistik Vol. 19(2) Disember.2015 (010-023), 11
[7] Jos D Parera, Lingustik Edukasional, (Jakarta: Erlangga 1997), 24-25.
[8] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 57
[9] Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006), 29.
[10] Abdul Chaer, Linguistik umum edisi revisi cet. Ke Empat (Jakarta: Rineka cipta: 2012), 296
[11] Fatimah Djajasudarma, Semantik 2- Pemahaman Ilmu Makna (Bandung: PT. Refika Aditama: 2012), 20
[12] Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka cipta: 2013), 74
[13] Mansoer Pateda, Semantik Leksikal Edisi Kedua (Jakarta: Rineka cipta: 2010), 108
[14] J.W.M. Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum Cet. Ketujuh (Yogyakarta: Gadjah Mada University Prees: 2010), 393
[15] Kam Chuin Aik dan Kam Kai Hui, Longman Dictionary Of Grammar adn Ussage Ed. Kedua (Singapura: Edisson Wesley Longman Singapura: 1999), 113
[16] Ahmad Mukhtar Umar, Ilmu Ad-Dalalah Cet. Kelima (Qohiroh: Ilmu Al Kutub: 1998), 33
[17] Abdul Chaer, Linguistik umum edisi revisi cet. Ke Empat, 296
[18] Larson, M. L. Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence (Lanham Md: University Press of America, 1984), h. 3.
[19] Larson, M. L. Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence, h. 3.
[20] N. Lalah Alawiyah, Ahmad Royani, Mukhshon Nawawi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ANALISIS TERJEMAHAN TEKS AKADEMIK MAHAMAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARABArabiyĆ¢t : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 3, (2), 2016, 217-230
[21] Lihat: Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia(Jakarta; PT Asdi Mahasatya, 2009), hal. 74.
[22] Baiq Tuhfatul Unsi, Ibarat Isthilahiyah jurnal Tafaqquh; Vol. 1 No. 1, Mei 2013, 89
[23] Baiq Tuhfatul Unsi, Ibarat Isthilahiyah, 90
[24] Muhandis Az-Zuhri, Musoffa Basyir, dan Muhammad Jaeni, op.cit., hlm. 184-185
[25] Ibid., hlm.208-210.
[26] Abdul Chaer, op.cit., hlm. 312-313
[27] Achmad HP. dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:Erlangga.2012),hlm.96
[28] Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta:Rineka Cipta,2010), hlm 194
[29] Rofi’i, tt, Dalil Fi Al-Tarjamah (Bimbingan Tarjamah Bahasa Arab), Yogyakarta: Pustaka, hlm.1
[30] Rofi’i, 2004, Dalil Fi Al-Tarjamah, Jakarta: Persada Kemala, hlm. 32
[31] Ibid, hlm. 105
[32] Ibid, hlm. 68-69
[33] Ibid, Hlm 97
[34] Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet.IV, (Bandung: Humaniora, 2011, hlm. 215
[35] Ibid, Hlm 216
[36] Ahmad Izzan, hlm. 81
[37] Soegeng dan Madyo Ekosusilo, 1990, hlm. 18-19
[38] 3 M. Rudolf Nababan, 1999, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 59-60

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Travel dokument dan macam macamnya

Bilingualisme dan Dialogsia

Strategi Pembelajaran Mufrodat