BP

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia memiliki kedudukan yang paling tinggi diantara ciptaan Tuhan lainnya. Manusia memiliki sifat hakekat yang merupakan karakteristik manusia yang membedakan dengan mahluk hidup lainnya. Sifat hakekat inilah yang merupakan karakteristik manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Sifat hakekat inilah yang merupakan landasan dan arah dalam merancang dan melaksanakan komunikasi transaksional di dalam interaksi edukatif. Oleh karena itu sasaran pendidikan adalh manusia dimana pendidikan bertujuan menumbuh kembangkan potensi kemanusiaannya. Agar pendidikan dapat dilakukan dengan tepat dan benar, pendidikan harus memiliki gambaran yang jelas siapa manusia sebenarnya. Karenanya adlah sangat strategis, pembahasan tentang hakekat manusia bagi pengkajian seluruh upaya pendidikan. Sebagai seorang calon pendidik maka diperlukan pengetahuan tentang kepekaan guru terhadap anak didiknya.. Keterampilan seorang guru dalam memahami karakteristik, fase,dan perkembangan anak didik sangat diperlukan dalam menyampaikan materi pelajaran yang akan disampaikan di sekolah/madrasah. Perlu dipahami bahwa karakteristik siswa berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangannya. Perbedaan karakteristik siswa tersebut secara global dibedakan antara siswa SD, SMP, SMA dan PT masing-masing mempunyai perbedaan yang tampak sekali, yang dapat diamati pada kerakteristiknya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah Pengertian Hakekat Manusia ? 2. Apa Saja Jenis-Jenis Masalah Manusia? 3. Apa Saja Permasalahan Siswa ? 4. Apa Saja Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Permasalahan Siswa ? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk Mengetahui Hakekat Manusia 2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Masalah Manusia 3. Untuk Mengetahui Beberapa Permasalahan Sisiwa 4. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Timbulnya Permasalahan Siswa. BAB II PEMBAHASAN A. HAKEKAT MANUSIA Beberapa pendapat para ahli atau mazhab konseling tentang hakikat manusia diantaranya dapat dipaparkan sebagai berikut :  Viktor E.Frankl (Prayitno dan Erman Amti, dalam Yusuf, 2010) mengemukakan bahwa hakikat manusia itu sebagai berikut. • Manusia, selain memiliki dimensi fisik dan psikologis, juga memiliki dimensi spiritual. Ketiga dimensi itu harus dikaji secara mendalam apabila manusia itu hendak dipahami dengan sebaik-baiknya. Melalui dimensi spiritualnya itulah manusia mampu mencapai hal-hal yang berada di luar dirinya dan mewujudkan ide-idenya. • Manusia adalah unik, dalam arti bahwa manusia mengarahkan kehidupannya sendiri. • Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu sendiri.  Sigmund Freud,(dalam yusuf, 2010) mengemukakan sebagai berikut. • Manusia pada dasarnya bersifat pesimistis, deserministik, mekanistik, dan reduksionistik. • Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, dorongan-dorongan biologis, dan pengalaman masa kecil. • Dinammika kepribadian berlangsung melalui pembagian enerji psikis kepada Id, Ego dan Superego yang bersifat saling mendominasi. • Manusia memiliki naluri-naluri seksual (libido seksual) dan agresif, naluri kehidupan (eros) dan kematian (tanatos). • Manusia bertingkah laku dideterminasi oleh hasrat memperoleh kesenangan dan menghindari rasa sakit (pleasure principle).  Passons (Robert L.Gibson dan Marianne H. Mitchel, 1986: 121) mengemukakan delapan asumsi tentang hakikat manusia menurut kerangka kerja teori konseling Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls (1884-1970) sebagai berikut. a) Individu memiliki kepribadian yang utuh, menyeluruh, bukan terdiri dari bagian-bagian badan, emosi, pikiran, sensasi, dan persepsi. Individu dapat dipahami apabila dilihat dari keterpaduan semua bagian-bagian tersebut. b) Individu merupakan bagian dari lingkungannya. Oleh karena itu individu baru dapat dipahami apabila memperhatikan konteks lingkungannya. c) Individu memilih bagaimana dia merespon rangsangan internal maupun eksternal. Individu adalah aktor bukan reaktor. d) Individu kemampuan potensial untuk menyadari secara penuh semua sensasi, pikiran, emosi, dan persepsinya. e) Individu memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan, sebab dia menyadarinya. f) Individu memiliki kapasitas untuk membangun kehidupannya secara efektif. g) Individu tidak dapat mengalami masa lalu dan masa yang akan datang, tetapi dia hanya dapat mengalami masa sekarang. h) Individu pada dasarnya tidak dapat dikatakan baik atau buruk.  Beck (Blocher, 1974) dalam yusuf, 2010 mengemukakan beberapa asumsi eksistensialis tentang hakikat manusia, yaitu sebagai berikut. a) Manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. Dia punya pilihan dan harus melakukan pilihan untuk dirinya sendiri. b) Manusia harus memandang atau memperhatikan orang lain sebagai bagian dari dirinya, dan perhatiannya ini direfleksikan dalam pergaulan dengan warga masyarakat yang lebih luas. c) Manusia eksis di duni nyata, dan hubungan dengan dunianya di satu sisi merupakan ancaman yang dalam banyak hal tidak dapat merubahnya. d) Hidup yang bermakna harus menghilang ancaman yang dihadapi, baik fisik maupun psikis. Tujuannya adalah untuk membebaskan manusia dari ancaman, sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimum. e) Setiap manusia memiliki pembawaan dan pengalaman yang unik, sehingga memungkinkan berperilaku yang berbeda satu sama lainnya. f) Manusia berperilaku sesuai dengan pandangan subjektifnya tentang realitas. g) Secara alami manusia tidak dapat dikatakan “baik” atau “buruk” (jahat). h) Manusia mereaksi situasi secara menyeluruh tidak bersifat serpihan (seperti hanya intelektual atau emosional).  B.F Skinner dan Watson (Gerald Corey, terjemahan E. Koeswara, 1988) mengemukakan tenntang hakikat manusia sebagai berikut. a) Manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama. b) Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan social budayanya. Dalam arti bahwa lingkungan merupakan pembentuk utama keberadaan manusia. c) Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari. d) Manusia tidak memiliki kemampuan untuk membentuk nasibnya sendiri.  Albert Ellis penggagas terapi rasional-emotif berpendapat bahwa hakikat manusia adalah: a) Manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. b) Manusia memiliki kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir, mencintai, bergabung dengan orag lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. c) Manusia juga memiliki kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme, mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. d) Manusia dilahirkan dengan kecwenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan, tuntutan, hasrat dan kebutuhan dalam dirinya, jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupu orang lain. e) Manusia berpikir, beremosi dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas sesuatu situasi yang spesifik.  Aliran Humanistik memiliki pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Para ahli teori humanistik mempunyai keyakinan sebagai berikut. a) Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri. b) Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, yang dalam hal ini manusia bukan poin yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan. c) Manusia adalah makhluk rasional dan sadar , tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional atau konflik. B. JENIS-JENIS MASALAH YANG DI HADAPI SERTA BIMBINGANNYA Pada umumnya jenis-jenis masalah yang dihadapi individu, terutama yang dihadapi murid sekolah, dapat digolongkan menjadi beberapa jenis masalah sebagai berikut : 1. Masalah Pendidikan (Pengajaran atau Belajar) Individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan belajar, misalnya cara membagi waktu belajar, cara belajar, mengerjakan tugas-tugasnya, menyesuaikan dengan pelajaran baru, lingkungan sekolah, tata tertib sekolah, guru-guru dan sebagainya.  Bimbingan Akademik Adalah bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang tergolong masalah-masalah akademik yaitu : pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang akademik antara lain : Kurang memiliki kepuasaan belajar yang baik, Kurang memahami cara belajar yang efektif, Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar, Kurang memahami cara membaca buku yang efektif, Kurang memahami cara membagi waktu belajar, Kurang menyenangi pelajaran-pelajaran tertentu. Bimbingan akademik berfungsi untuk mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/ pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan. Tujuannya adalah Memiliki sikap dan belajar positif, Memiliki motivasi dalam belajar sepanjang hayat, Memiliki keterampilan belajar yg efektif, Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan belajar, Memiliki kesiapan mental dalam menghadapi pembelajaran, Memiliki keterampilan membaca buku. 2. Masalah Pribadi dan Sosial Masalah masalah pribadi dalam lingkup sekolah umumnya bercikal bakal dari dalam pribadi individu yang berhadapan dengan lingkungan sekitarnya. Masalah seperti ini banyak dialami klien pada waktu menjelang adolesens yang ditandai oleh perubahan yang cepat, baik fisik maupun mental. Selain itu berdampak pula pada terhadap sikap dan prilaku. Misalnya, ingin menyendiri, cepat bosan, agresif, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri, dan lain-lain. Adapun masalah social yang kerap dihadapi siswa dalam lingkup sekolah yang bersangkutan dengan hubungan antar individu da lingkungan sosialnya, misalnya kesulitan dalam mencari teman belajar, teman bermain, merasa terasing dalam pekerjaan-pekerjaan kelompok dan sebagainya.  Bimbingan Pribadi dan Sosial Bimbingan social merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah social pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah social pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan penyelesaian konflik. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang sosial : a) Berperilaku sosial yang bertanggung jawab, meliputi : Kurang menyenangi kritikan orang lain, Kurang memahami tata karma (etika) pergaulan, Kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik di kampus maupun dimasyarakat. b) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, meliputi : Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis, Merasa tidak senang kepada teman yang suka mengkritik. c) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, meliputi : Sikap yang kurang positif terhadap pernikahan, Sikap yang kurang positif terhadap hidup berkeluarga. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang pribadi : a. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencakup : Kurang motivasi untuk mempelajari agama sebagai pedoman hidup, Kurang memahami bahwa agama sebagai pedoman hidup, Kurang memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan, Masih merasa malas untuk melaksanakan shalat, Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur. b. Perolehan system nilai, meliputi : Masih memiliki kebiasaan berbohong, Masih memiliki kebiasaan mencontek, Kurang berdisiplin (khususnya memelihara kebersihan). c. Kemandirian emosional, meliputi: Belum mampu membebaskan diri dari perasaan atau perilaku kekanakkanakan, Belum mampu menghormati orang tua atau orang lain secara ikhlas, Masih kurang mampu menghadapi atau mengatasi situasi frustrasi (stress) secara positif. d. Pengembangan keterampilan intelektual, meliputi : Masih kurang mampu mengembil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang, Masih suka melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan baik buruknya,untung-ruginya. e. Menerima diri dan mengembangkan secara efektif, meliputi : Kurang merasa bangga dengan keadaan diri sendiri, Merasa rendah diri, apabila bergaul dengan orang lain yang mempunyai kelebihan (seperti teman yang lebih cantik/ cakep) Tujuannya adalah pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranya masa depan, Pemantapan pemahaman tentang kelamahan diri dan usaha penanggulanganya, Pemantapan kemampuan mengambil keputusan, Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambilnya, Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan secara efektif, Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif. Fungsinya adalah Memberikan wawasan kepada pribadi siswa bahwa pentingnya berjiwa sosial karena manusia adalah bersifat sosial bukan individu yg membutuhkan manusia lain, dan berfungsi sebagai pendukung terciptanya belajar yg efektif dan efisien dengan bantuan lingkungan sekitar, jika lingkungan tidak mendukung maka akan menghambat jalannya proses belajar dan mengganggu siwa dalam hasil belajar. 3. Masalah pekerjaan (Karir) Masalah-masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan. Misalnya dalam memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya, memilih latihan tertentu untuk suatu pekerjaan, mendapatkan informasi tentang jenis pekerjaan dan kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan pekerjaan.  Bimbingan Pekerjaan (Karir) Pengertian Bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan,pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti : pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi.Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif maupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki system kehidupan social budaya yang terus menerus berubah. Menurut Herr bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Marsudi, 2003:113). Kekeliruan pada pemilihan karir, akan berdampak secara luas pada kehidupan seseorang selanjutnya, yang kemungkinan akan menurunkan prestasi bahkan frustasi dan gangguan psikologis, karena ketidakmampuan beradaptasi, hasil yang diperoleh tidak maksimal, tertutupinya bakat-bakat bawaan yang sebenarnya lebih dominan dan lain-lain. Salah satu tempat yang paling tepat dalam pengarahan dan pencerahan pemilihan minat dan bakat (bimbingan karir) adalah pada saat usia remaja, sekitar usia sekolah menengah atas. Bahkan dirasakan, pemilihan karir pada usia ini adalah sebuah kewajiban untuk membantu siswa-siswa menentukan karirnya kedepan. Usia ini, merupakan pangkal dari masalah seseorang yang akan dijalaninya pada usia perkembangan selanjutnya. Salah satu cara untuk mengarahkan dan membantu siswa memberikan bimbingan ini adalah dengan menggunakan tes psikologi. Tes psikologi untuk bimbingan karir, biasanya tidak hanya satu alat tes, tetapi beberapa tes yang akan di compare, untuk menentukan dan mengarahkan langkah apa yang seharusnya diambil oleh siswa dengan karirnya kedepan. Diharapkan dengan bimbingan karir ini, siswa lebih terfokus pada sesuatu yang memang diminatinya, berbakat dibidangnya dan mempunyai kemampuan tentangnya. Tujuan Bimbingan karir pada siswa adalah sebagai berikut :  Agar siswa mampu mengenal aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi, bakat, kepribadian, sikap dan sebagainya).  Dengan mengenal aspek-aspek dirinya, siswa diharapkan dapat menerima keadaan dirinya secara objektif.  Membantu siswa untuk dapat mengemukakan berbagai aspek yang dimilikinya.  Membantu siswa untuk dapat mengelola informasi dirinya.  Membantu siswa agar dapat mengemukakan informasi dirinya sebagai dasar perencanaan dan pembuatan keputusan dimasa depan. Fungsinya adalah Melihat begitu pentingnya bimbingan karir ini, sehingga diharapkan setiap anak (siswa) terutama pada usia sekolah menengah harus mendapatkannya. Bantuan yang diberikan akan membatu mereka menjalani hidup mereka penuh dengan penerimaan, sesuai dengan minat dan bakatnya, dan diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, karena karir yang dipilihnya merupakan potensi yang dimilikinya. Sehingga tidak ada lagi kata-kata, “bakat yang terpendam”. C. BEBERAPA PERMASALAHAN SIWA Permasalahan yang sering dihadapi siswa menurut Prayitno dan Erman Amti diantaranya adalah : a. Prestasi belajar rendah b. Kurang berminat pada bidang study tertentu c. Bentrok dengan guru d. Melanggar tata tertib e. Membolos f. Terlambat masuk sekolah g. Pendiam h. Kesulitan alat pelajaran i. Bertengkar j. Sukar menyesuaikan diri k. Pemalu, takut, canggung, kaku, gugup l. Menyendiri, kurang bergaul. • Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah Penanggulangan siswa merupakan tanggung jawab bersama baik itu dari pihak orang tua, sekolah, maupun masyarakat. Kerjasama antara unsur-unsur terkait sangat diperlukan sehingga diperoleh hasil yang optimal dengan cara efektif dan efisien. Diantara usaha yang sangat penting dan dapat dilakukan oleh setiap orang tua, guru, atau pemimpin masyarakat adalah dapat menciptakan ketentraman batin bagi remaja. Beberapa cara dalam mengatasi siswa bermasalah, meliputi : • Pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak semula kasus itu dihadapkan) • Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung di dalam kasus itu • Penjelajahan yang lebih lanjut tentang segala seluk-beluk kasus tersebut dan akhirnya • Mengusahakan untuk mengatasi atau memecahkan sumber pokok permasalahan itu. D. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA PERMASALAHAN SISWA Permasalahan yang dihadapi siswa timbul karena adanya beberapa sebab diantaranya, faktor kepribadian anak itu sendiri, dan faktor lingkungan. A. Faktor kepribadian 1) Faktor kelainan yang dibawa sejak lahir (cacat) 2) Lemahnya pengawasan diri terhadap pengaruh lingkungan 3) Kurangnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan 4) Kurangnya nilai-nilai keagaman pada dirinya atau sukar dalam memilih norma-norma yang baik dan buruk dalam masyarakat. B. Faktor keluarga Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi pribadi anak dan juga keluarga memberikan pengaruh menentukan pembentukan watak dan kepribadian anak. Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam membesarkan, mendewasakan, dan mendapat pendidikan yang pertama kalinya. Keadaan keluarga yang dapat menimbulkan permasalahan anak antara lain : a) Rumah tangga berantakan Rumah tangga yang terus-menerus dipenuhi konflik maka akan menjadi retak, dan akhirnya mengalami perceraian. Hal tersebut dapat mempengaruhi jiwa anak, sehingga anak tidak bisa belajar dengan tenang, dan tidak betah tinggal di rumah. Dengan demikian anak lalu melampiaskan kemarahannya dengan keluar rumah, mencari ketengan di luar rumah, tetapi anak salah dalam memilih teman yang mengakibatkan anak menjadi nakal. b) Perlindungan yang lebih dari orang tua Orang tua yang terlalu memanjakan anak akan mengakibatkan anak menjadi rapuh, selalu tergantung dengan orang lain, tidak mandiri, dan anak tidak dapat mengambil keputusan dalam hidupnya. C. Faktor lingkungan sekolah Sekolah merupakan ajang pendidikan yang kedua setelah keluarga bagi anak. Permasalahan yang disebabkan oleh faktor sekolah adalah: a) Adanya guru yang kurang simpatik terhadap siswanya b) Fasilitas pendidikan yang kurang memadai c) Hubungan antara guru dan siswa yang kurang harmonis d) Cara mengajar guru yang membosankan D. Faktor masyarakat Dalam konteks Pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat dapat memberi pengaruh terhadap perilaku anak, membentuk kebiasaan dan pengetahuan anak. Anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari keadaan dan lingkungannya baik langsung maupun tidak langsung. Dan lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Beberapa pendapat para ahli atau mazhab konseling tentang hakikat manusia diantaranya dapat dipaparkan sebagai berikut :  Viktor E.Frankl (Prayitno dan Erman Amti, dalam Yusuf, 2010) mengemukakan bahwa hakikat manusia adalah Manusia, selain memiliki dimensi fisik dan psikologis, juga memiliki dimensi spiritual. Ketiga dimensi itu harus dikaji secara mendalam apabila manusia itu hendak dipahami dengan sebaik-baiknya. Melalui dimensi spiritualnya itulah manusia mampu mencapai hal-hal yang berada di luar dirinya dan mewujudkan ide-idenya.  Sigmund Freud,(dalam yusuf, 2010) mengemukakan sebagai berikut : Manusia pada dasarnya bersifat pesimistis, deserministik, mekanistik, dan reduksionistik, Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, dorongan-dorongan biologis, dan pengalaman masa kecil. 2. Jenis-Jenis Masalah Yang Di Hadapi Serta Bimbingannya Antara Lain : Masalah Pendidikan (Pengajaran Atau Belajar) DENGAN Bimbingan Akademik nya, Masalah Pribadi Dan Sosial dengan Bimbingan Pribadi Dan Sosial nya, Masalah Pekerjaan (Karir) dengan Bimbingan Pekerjaan (Karir) nya. 3. Permasalahan yang sering dihadapi siswa menurut Prayitno dan Erman Amti diantaranya adalah : Prestasi belajar rendah, Kurang berminat pada bidang study tertentu , Bentrok dengan guru, Melanggar tata tertib, Membolos, Terlambat masuk sekolah, Pendiam , Kesulitan alat pelajaran, Bertengkar, Sukar menyesuaikan diri Pemalu, takut, canggung, kaku, gugup, Menyendiri, kurang bergaul 4. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah • Pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak semula kasus itu dihadapkan) • Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung di dalam kasus itu • Penjelajahan yang lebih lanjut tentang segala seluk-beluk kasus tersebut dan akhirnya • Mengusahakan untuk mengatasi atau memecahkan sumber pokok permasalahan itu 5. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Permasalahan Siswa Antara Lain: Faktor Kepribadian, Faktor Keluarga, Faktor Lingkungan Sekolah, Dan Faktor Masyarakat B. Saran Makalah ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis meminta kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin. DAFTAR PUSTAKA Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan . Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. (2010).Hal 108 Drs. Anas Salahudin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) Hal 65 Sukardi Dewaketut, Pengantar Pelaksanaan Bk disekolah (Jakarta : Rineka Cipta 2008) Hal 8 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, hlm. 58-67. Sufyan S Wills, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hlm. 61. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003),

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Travel dokument dan macam macamnya

Bilingualisme dan Dialogsia

Strategi Pembelajaran Mufrodat