tugas guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas Guru Bahasa Arab adalah Mengupayakan peningkatan kecakapan berbahasa siswa, sehingga dengan ilmu yang dimilikinya siswa dapat meresponi apa yang sedang terjadi dalam lingkungan hidupnya. Untuk mendukung ke arah itu guru bahasa arab perlu mempersiapkan diri dengan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan mengajar agar materi pelajaran dapat tersampaikan secara baik dan benar. Salah satu aspek penting yang menopang bagi kesuksesan mengajar Guru bahasa arab adalah Penggunaan metode mengajar yang tepat. Maksud digunakannya metode mengajar adalah agar materi pelajaran yang disampaikan guru bahasa arab mudah dimengerti oleh siswa. Berbagai macam metode mengajar dapat digunakan oleh guru, asal tepat dengan materi yang diajarkan. Dari sekian banyak metode mengajar yang dapat digunakan dalam menyampaikan pelajaran, maka penulis menyarankan penggunaan metode demonstrasi merupakan metode alternatif yang dapat digunakan guru untuk mempercepat atau memudahkan siswa menerima pelajaran dan meraih prestasi belajar yang baik. Metode Demonstrasi sangat Optimal sebagai suatu strategi mengajar bagi siswa-siswa yang berkemampuan rata-rata dan dibawah rata-rata dengan guru yang tidak terlatih dan tidak berpengalaman. Hanya tujuan efektif tingkat rendah yang mungkin dapat dicapai, walaupun tujuan kognitif tingkat rendah dan tingkat menengah dalam keterampilan tangan dapat dicapai. Kebaikan yang utama dari metode demonstrasi ialah bahwa ia memberi sandaran kepada guru, karena dalam buku pelajaran termuat semua fase dan sub fase dalam setiap pelajaran, dan guru mengikuti fase-fase itu saja. Bahasaarabmerupakanbahasamayoritas di dunia yang di tuturkanolehkuranglebihdari 200.000.000 umatmanusia (Ghazzawi, 1992). Bahasainidigunakansecararesmiolehkuranglebih 20 negara. Dan karenaiamerupakanbahasakitabsucidantuntunan agama umatislamsedunia, makatentusajaiamerupakanbahasa yang paling besarsignifikannyabagiratusanjutaumatmuslimsedunia, baik yang berkebangsaanarabmaupunbukan.Darisinilahpenulismemahamisekalipentingnyabisaberbahasaarab, jadibagiseorang guru ataudosenharusmemilihmetode yang tepatuntukbisamembuatparasiswamerasanyamandantidakbosan di kelas, makadariitupara guru ataudosenharusmenentukanmetode yang digunakanuntuk proses kegiatanbelajarmengajar, namunmetodeituadabanyaksekalitapipeneliti di sinimenggunakanmetodedemonstrasidi depankelasuntukmeningkatkankecakapansiswadalammaterimuhadatsah. Ketidak sesuaian metode dalam pembelajaran bahasa arab menjadi salah satu kendala yang menyebabkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam pembelajaran bahasa arab, karena “metode merupakan jalan yang di tempuh oleh guru untuk menyampaikan pelajaran pada murid” . Penggunaan metode ini pada bidang studi bahasa arab khususnya bidang studi muhadatsah akan memberikan kesan tersendiri bagi siswa, dimana melalui metode demonstrasi ini siswa akan dihantarkan kepada keberhasilan dalam belajarnya. B. Identifikasi Masalah Berbagai masalah dihadapi guru bidang studi muhadatsah dalam mengajar terutama menyangkut penggunaan metodenya di dalam kegiatan pengajaran untuk menghantarkan keberhasilan belajar siswa pada bidang studi yang diajarkannya. Adapun masalah–masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : • Guru bidang studi muhadatsahkurang memahami penggunaan metode yang tepat di kelas. • Guru bidang studi muhadatsah kurang mampu menggunakan metodenya secara tepat pada materi pelajaran yang akan disampaikan. • Guru bidang studimuhadatsah kurang luas wawasannya dalam menyampaikan penjelasan tentang materi pelajaran muhadatsah kepada siswa. • Guru bidang studi muhadatsah kurang mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan belajarnya. • Guru bidang studi muhadatsah kurang mampu membangkitkan minat siswa untuk serius belajar mengikuti kegiatan pengajaran yang diselenggarakan oleh guru bidang studimuhadatsah. Berbagai masalah yang diungkapkan diatas akan berpengaruh terhadap kegiatan pengajaran muhadatsah yang dilakukan oleh guru bidang studi muhadatsah dan keberhasilan belajar siswa pada bidang studi muhadatsah. C. RUMUSAN MASALAH Sejalan dengan latar belakang penelitian ini, maka dapat kami rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi di depan kelasdalam mengoptimalkan pembelajaran bahasa arab muhadatsah di kelas XII MANTambakberas ? 2. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan pada penerapan metode demonstrasi dalam mengoptimalkanmaterimuhadatsah padasiswa MAN tambakberas kelas XII Bahasa ? D. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui penerapan metode demonstrasi di depan kelas dalam mengoptimalkan pembelajaran bahasa arab muhadatsah di kelas XII MANTambakberas 2. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan pada penerapan metode demonstrasi dalam mengoptimalkanmaterimuhadatsah padasiswa MAN tambakberas kelas XII Bahasa E. Manfaat Penelitian Dengan terungkapnya beberapa masalah tentang penerapan metode demonstrasididepankelas ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi : 1. Siswa • Agar anak didik dapat melafadzkan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab dengan mahir dan benar. • Melatih pengucapan anak didik untuk terampil berbahasa Arab. • Melatih anak didik agar baik ucapannya dan melatih jiwa serta mental yang disiplin. • Melatih siswa agar terbiasa berbicara bahasa Arab didepan kelas. 2. Guru. • Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih bertanya di kelas dengan bahasa Arab. • Memberikan semangat/dorongan terhadap anak didik supaya memiliki keberanian dalam berbicara bahasa Arab. • Menciptakan suasana belajar yang PAKEMI. 3. Sekolah. • Mengembangkan kemauan, minat, usaha, dan perhatian siswa melalui berbagai acara yang berhubungan dengan pengajaran bahasa Arab seperti diadakannya lomba debat, pidato bahasa Arab, dan juga puisi bahasa arab di sekolah maupun antar sekolah lain. 4. Pengembang Kurikulum. • Penerapan metode demonstrasi pada siswa ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian pendidikan dan sebagai pengalaman para pengajar bahasa dalam menghadapi peserta didik yang sulit berbicara bahasa Arab. 5. Khasanah Ilmu. • Sebagai eksperimen lanjutan di kelas-kelas bahasa dalam rangka meningkatkan pemerolehan bahasa Arab di Indonesia. • Melahirkan pemikiran-pemikiran baru dalam bidang pengajaran bahasa Asing terutama bahasa Arab. BAB II KAJIAN TEORITIS A. PENGERTIAN METODE DEMONSTRASI 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode Demonstrasi adalah Suatu metode mengajar yang dilakukan guru atau seseorang lainnya dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu cara melakukan sesuatu . Pada umumnya, nampak metode demonstrasi adalah optimal sebagai suatu strategi mengajar bagi siswa-siswa yang berkemampuan rata-rata dan dibawah rata-rata dengan guru yang tidak terlatih dan tidak berpengalaman, hanya tujuan efektif tingkat rendah yang mungkin dicapai, walaupun tujuan kognitif tingkat rendah dan tingkat menengah dalam keterampilan tangan dapat dicapai. Kebaikan yang utama dari metode demonstrasi ialah bahwaia memberi sandaran kepada guru, karena dalam buku pelajaran termuat semua fase dan sub fase dalam setiap pelajaran, dan guru mengikuti fase-fase itu saja . Kesimpulan dari pengertian metode ini ialah apabila seorang guru memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatu proses atau pelaksanaan, perbuatan dengan jalan menirukan dengan gerak-gerik perbuatan atau peniruan guru. Misalnya :guru mendemonstrasikan (mencontohkan) cara bercakap-cakap (hiwar) di depan parasiswa untuk dimengerti dan dipahami bagaimana melakukannya . Di dalam konsepsi ajaran Islam, belajar atau bekerja secara mandiri merupakan sunnah yang telah dijalankan sejak zaman para Nabi dan Rasul. Dalam kaitan ini firman Allah SWT dalam surah Az-Zumar ayat 39 berbunyi : Artinya : Katakanlah: “Hai kaum-Ku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya Aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui, (QS. Az-Zumar:39) . Ayat ini memberikan penegasan bahwa Allah memerintahkan umat untuk melakukan berbagai aktifitas dengan sesuai kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki.Demikian juga halnya dengan belajar dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan yang dimiliki.Belajar dalam hal ini ditekankan belajar secara mandiri dan berusaha semaksimal mungkin belajar untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan.Hal ini penting dilakukan mahasiswa agar sadar bahwa belajar mandiri adalah sangat penting karena dari situlah dapat diketahui kemampuan siswa menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Syarat-syarat demonstrasi yang baik, yaitu : 1. guru telah cukup menyiapkan alat-alat yang diperlukan. 2. Para siswa semua dapat mengikuti metode demonstrasi. 3. Waktunya cukup dengan pertimbangan ada kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan membuat catatan. 4. Para siswa melihat dengan tenang dan mengamati demonstrasi. 5. Menetapkan apa rencana guru sesudah demonstrasi berakhir untuk menilai hasil pelajaran. 6. Guru sudahterbiasa melatih diri . Prosedur atau langkah-langkah demonstrasi adalah sebagai berikut : 1. guru menyiapkan segala kebutuhan demonstrasi dalam kelas. 2. guru menunjukkan materi atau topik yang akan dibahas untuk mendemostrasikannya. 3. Para siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi dan pokok bahasan yang akan dipakai berdemonstrasi. Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. 4. Guru mulai mendemonstrasikan topik yang telah ditentukan. Ada kalanya demonstrasi dikerjakan langsung oleh seorang siswa yang menurut pandangan guru sudah mampu melaksanakannya. Dalam hal ini guru tetap mengawasi dan membetulkan bila ada kekeliruan. 5. Memberi kesempatan para siswa bertanya. Guru menjawab setiap pertanyaan para siswa. Dalam situasi seperti ini ada kalanya terjadi tanya-jawab segitiga, yaitu antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain. 6. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang cukup sukar dan penting, dosen dapat memberi penjelasan kepada kelas agar diketahui dan dipahami oleh semua siswa. 7. Bila perlu guru memberi contoh lain yang ada kaitannya dengan topik yang baru saja didemonstrasikan atau contoh proses yang mirip dengan proses yang didemonstrasikan. 8. Sesudah semua hal jelas bagi semua siswa, maka guru memberi kesempatan kepada beberapa siswa mencoba melaksanakan demonstrasi sendiri. Satu dua orang siswa tampil ke depan mencobanya. Beberapa menit terakhir guru menyimpulkan atau membuat ikhtisar jalannya demonstrasi. Kesimpulan ini kadang-kadang dibuat oleh seorang siswa yang dikontrol dan diperbaiki oleh guru . 2. Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam dunia pendidikan dijelaskan bahwa : “Mengajar bukan sekedar proses penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan mengandung makna yang lebih luas, yakni terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang cukup kompleks” . Dalam arti kata guru dituntut untuk dapat berperan dalam kegiatan belajar siswa sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Untuk itu seorang guru dituntut kepekaanya terhadap perkembangan daya intelektual dan minat anak terhadap pelajaran muhadatsah yang disampaikan di sekolah. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pengajaran bidang studi muhadatsah disekolah, guru muhadatsah perlu melakukan berbagai langkah konkrit yang patut menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kegiatan pengajarannya dalam upaya menghantarkan keberhasilan belajar siswa dalam bidang studi muhadatsah. Langkah–langkah yang diambil termasuk didalamnya adalah Menentukan metode mengajar yang baik. Tanpa ditentukannya metode mengajar, maka arah dan tujuan pengajaran yang direncanakan tidak akan terjamin sampai kepada sasarannya, termasuk dalam kegiatan pengajaran bidang studi muhadatsah. Metode mengajar merupakan suatu alat bagi guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Seandainya guru tidak menggunakan metode, akhirnya guru akan memberikan pelajaran secara serampangan bahkan tidak tepat. Untuk itu metode mengajar dapat diartikan sebagai berikut : “Metode mengajar bermakna segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kepastian mata pelajaran yang diajarkan, ciri–ciri perkembangannya yaitu para siswa dapat mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada sikap mereka” . Dari batasan di atas dapat dilihat asas-asas dasarnya sebagai berikut : 1. Guru menguasai cara-cara melaksanakan kegiatan pendidikan. 2. Cara-cara tertentu dipilih dan digunakan dalam menuntun siswa mencapai tujuan tertentu. 3. Cara-cara itu memuat pula aspek menilai pencapaian tujuan oleh siswa . Pernyataan diatas menegaskan bahwa metode mengajar sebagi kunci utama bagi guru dalam menyampaikan pelajaran di depan kelas, termasuk bagi guru muhadatsah ketika menyampaikan pelajaran muhadatsah kepada siswa di sekolah. Berbagai metode mengajar dapat digunakan untuk menyampaikan pelajaran muhadatsah asal sesuai dengan materi pokok pelajaran yang disampaikan. Dalam kegiatan dengan pokok bahasan penelitian ini, maka penulis akan menguraikan penggunaan metode demonstrasi dalam kegiatan mengajar guru di MAN Tambak Beras Jombang. 3. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang perlu ditempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik adalah: a. Perencanaan Hal yang dilakukan adalah: • Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode demonstrasi berakhir. • Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. • Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. • Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya introspeksi diri apakah: • Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh peserta didik. • Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap peserta didik dapat melihat. • Peserta didik disarankan membuat catatan yang dianggap perlu. • Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan peserta didik. b. Pelaksanaan Hal-hal yang perlu dilakukan adalah: • Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya. • Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik. • Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran. • Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik. • Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan. • Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis. c. Evaluasi Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, guru dan peserta didik mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan, apakah sudah berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkah langkah-langkah penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut : • Persiapkan alat-alat yang diperlukan. • Guru menjelaskan kepada anak-anak apa yang direncanakan dan apa yang akan dikerjakan. • Guru mendemonstrasikan kepada anak-anak secara perlahan-lahan, serta memberikan penjelasan yang cukup singkat. • Guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan menjelaskan alasan alasan setiap langkah. • Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan demonstrasi sendiri langkah demi langkah dan disertai penjelasan. 4. Keuntungan dan Kekurangan Metode Demonstrasi • Penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar memiliki arti penting. Banyak keuntungan psikologis-pedagogis yang dapat diraih dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain: 1) Perhatian siswa lebih dipusatkan. 2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. 3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. • Kekurangan metode demonstrasi : 1) Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi memerlukan waktu dan persiapan yang matang, sehingga memerlukan waktu yang bayak. 2) Demonstrasi dalam pelaksanaannya banyak menyita biaya dan tenaga (jika memakai alat yang mahal). 3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. 4) Metode demonstrasi menjadi tidak efektif jika siswa tidak turut aktif dan suasana gaduh. Pada prinsipnya kegiatan belajar adalah Perubahan yang terjadi pada diri individu (siswa) akibat dari informasi yang diberikan oleh pendidik (guru) selama ia melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, sebagaimana pengertian belajar berikut ini : “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” . Berdasarkan pengertian diatas dapat ditegaskan bahwa kegiatan belajar merupakan suatu tidakan atau usaha untuk dapat melakukan perubahan pada diri pribadi mahasiswa sehingga ia dapat mengembangkan potensi dirinya karena kegiatan belajar merupakan suatu langkah untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki anak didik sehingga perkembangan yang terjadi dewasa ini dapat diikuti. Dalam kaitan ini M. Arifin menjelaskan bahwa : ”Belajar adalah Suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan–bahan pelajaran yang disajikan oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu. Dengan kata lain, Belajar adalah Suatu rangkaian proses kegiatan response yang terjadi dalam suatu rangkaian belajar mengajar yang berakhir pada terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmaniyah maupun rohaniyah akibat pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh” . Bagi orang yang berilmu pengetahuan tentu ia akan mudah memahami apa yang disampaikan kepadanya, sementara itu bagi orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan, tentu akan sulit untuk memahami apa yang disampaikan kepadanya. Karena itu kewajiban menuntut ilmu atau belajar merupakan suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Begitu juga bagi seorang anak mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu dengan belajar di sekolah. Di dalam belajar tentunya saja akan terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang pintar dengan mahasiswa yang kurang pintar. Karena itu perlu dilakukan upaya–upaya pembinaan terhadap diri mahasiswa, terutama dalam mengembangkan kegiatan belajar mahasiswa, khususnya lagi bagi mahasiswa yang kurang pintar di dalam kegiatan belajar. Karena itu aktivitas belajar dan mengajar dianggap sebagai faktor penentudalam merubah sikap dan tingkah laku anak didik dengan cara memberikan ilmu pengetahuan serta keterampilan disamping untuk mengembangkan bakat serta kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan anak didik dalam belajar senantiasa diukur dari kemampuan dia menangkap pesan–pesan yang disampaikan oleh dosen dalam kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan anak didik dalam interaksi edukatif ini akan dapat dilihat dari nilai raport yang ada maupun dari sikap dan tingkah lakunya sehari–hari. Sejalan dengan itu Prof.Dr.Hj.Chalidjah Hasan mengemukakan suatu pengertian tentang belajar, yakni : ”Belajar adalah Suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Perubahan itu bersifat relatif dan konstan serta berbekas” . Pada teori–teori yang dikemukakan di atas, dapat digaris bawahi bahwa secara psikologi proses belajar yang dilakukan oleh anak didik dapat diciptakan secara langsung oleh anak didik itu sendiri, namun ada kalanya anak didik meminta bantuan dari orang lain, terutama dari orang tua dan lingkungan keluarganya serta guru–gurunya disekolah. Kemudian proses belajar yang dilakukan oleh anak didik lebih diutamakan yang bersifat totalitas, artinya anak didik terkonsentrasi penuh dalam aktivitas belajar dan memfungsikan energinya dengan baik dalam usaha kegiatan belajarnya agar tujuan dari kegiatan belajar dapat tercapai yakni dapat menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan. Dalam kegiatan belajar terjadi aktivitas, yakni terjadi transformasi ilmu pengetahuan dan segala perangkat yang berhubungan dengannya dari tenaga pengajar (guru) kepada yang menerima pelajaran (anak didik), sebagaimana dijelaskan pada kutipan berikut : ”Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah Peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran” .Secara umum dapat dijelaskan bahwa sudut pandang keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah banyak dipengaruhi oleh aktivitas yang berlangsung di dalam kelas. Secara spesifik oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengatakan bahwa : ”Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK) nya dapat tercapai” . Karena itu guru harus dapat memenuhi target–targetnya yang ingin dicapai dari TIK itu. Indikator keberhasilan belajar mengajar di sekolah dapat dilihat dari dua aspek, yakni : 1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individual maupun keluarga. 2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh para siswa, baik secara individual maupun keluarga. Melalui kedua indikator keberhasilan ini guru mendorong pparasiswa untuk aktif dalam kegiatan belajar guna memperoleh prestasi belajar yang maksimal. Penilaian prestasi belajar mahasiswa dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar seperti tes formatif, tes sub sumatif dan tes sumatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Lokasi penelitian ini adalah tempat dimana dilaksanakannya penelitian.Lokasi penelitian ini dipilih sebagai tempat atau lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut sesuai dengan masalah dan jenis penelitian serta tidak membebankan kepada peneliti.Berdasarkan pada pertimbangan diatas, maka penulis mengambil lokasiPenelitian ini dilakukan di kelas IXBahasa MANTambak Beras Jombang. pelaksanaan ini dilakukan dengan menempuh 2 siklus yang mana setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan siswi kelas IX Bahasa MAN Tambak Beras Jombang Tahun Ajaran 2014 dengan jumlah siswa 42 anak yang terdiri dari 18 putra dan 24 putri . kondisi siswa-siwanya kurang berminat dan kurang termotivasi untuk belajar bahasa arab dengan giat atau semangat dikarenakan guru yang kurang aktif dan kreatif dalam mengajar bahasa arab. C. Rencana Penelitian Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2002:82).Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tidakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. 2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. 3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga. 4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. 5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan, mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arinkunto, Suharsimi, 2002:82-83). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (dalam Arikunto, Suharisimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya.Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation(pengamatan), dan reflection (refleksi).Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. D. Analisis Data Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. E. Data dan cara pengumpulan data Melihat dari lingkup penelitian, yang membahas tentang penerapan metode pembelajaran bahasa arab, yang tentu akan melibatkan banyak pihak. Maka untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Yang menjadi sumber data dalam penelitian dapat penulis bagi kepada dua kelompok, yaitu : • Sumber data primer, yaitu sumber data yang dijadikan sebgai data pokok dalam penelitian ini, yang diperoleh dari 30 an siswa kelas IXBahasa yang dijadikan sampel dari keseluruhan populasi. • Sumber data sekunder, yaitu sumber data pelengkap atau pamong dalam penulisan PTK ini, yang diperoleh dari : 1. Bapak Kepala Sekolah 2. Wali Kelas  Siklus I a. Perencanaan. Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi muhadatsah pokok Percakapan menggunakan Bahasa Arab dengan indikator : 1. Menghafalkan Mufrodat-mufrodat yang telah ada di dalam teks percakapan 2. Mempraktekkan latihan asosiasi dan identifikasi b. Pelaksanaan. 1. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I peneliti menggunakan alat peraga suatu mufrodat untuk memperkaya mufrodat dan Mempraktekkan latihan asosiasi dan identifikasi untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatannya dalam mengidentifikasikan dan mengasosiasikan makna kata yang didengarnya dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus I ini akan dilaksanakan dalam 2 x pertemuan sebagai berikut: I. Pertemuan I Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I antara lain: 1. Guru menyiapkan alat peraga permainan mufrodat 2. Guru dan siswa bertanya jawab tentang mufrodat. 3. Guru mendemonstrasikan gambar tentang mufrodat 4. Siswa menghafalkan mufrodat yang telah di sebutkan oleh guru 5. Siswa menyetorkan hafalannya kepada guru 6. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan. II. Pertemuan II Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II ini antara lain : 1. Guru menyiapkan alat peraga 2. Guru memberikan latihan asosiasi dan identifikasi 3. Guru menjelaskan cara latihan asosiasi dan identifikasi 4. Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang ada hubungannyadengan kata lain. 5. Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang tidak ada hubungannya dengan kata tersebut. 6. Guru menyebut satu kata benda (isim), siswa menyebut kata sifat yang sesuai 7. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 8. Siswa mengerjakan soal-soal posttest. 9. Guru melakukan refleksi diri . 1. Pengamatan (observasi) Pengamatan dilakukan oleh pengamat dengan mengamati kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi. 2. Refleksi Dilakukan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Melakukan analisis terhadap temuan-temuan yang berupa hambatan, kekurangan, dan kelemahan yang dijumpai selama pelaksanaan siklus I sebagai masukan untuk siklus II.  Siklus II a. Perencanaan. Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi pokok Teks percakapan dengan Indikator sebagai berikut : 1. Melafalkankan / mengulang kembali kata/kalimat yang telah didengar. 2. Menyebutkan kembali kata-kata / kalimat yang telah didengar. 3. Siswa mempraktekkan di depan teman-temnnya apa yang telah di contohkan guru. b. Pelaksanaan. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengantehnik pengajaran ketrampilan berbicara bahasa arab dan menggunakan beberapa model latihan berbicara untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus II ini akan dilaksakan dalam 2 x pertemuan sebagai berikut: I. Pertemuan I Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I Siklus II antara lain: 1. Guru menyiapkan alat peraga 2. Guru menjelaskan pengertian latihan muhadatsah 3. Guru menjelaskan model-model dalam latihan muhadatsah 4. Tanya jawab tentang penjelasan tersebut diatas 5. Guru mendemonstrasikan cara muhadatsah bahasa arab 6. Siswa membuat dialog sederhana secara berpasangan 7. Siswa menampilkan dialog yang dibuat di depan kelas secara berpasangan 8. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan 9. Guru memberikan teks muhadatsah untuk dihafalkan oleh siswa dalam pertemuan berikutnya. II. Pertemuan II Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II siklus 2 ini adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan alat peraga 2. Guru menulis mufrodat asing yang ada pada dialog itu beserta artinya. 3. Tanya jawab tentang maksud teks muhadatsah tersebut yang tidak di mengerti. 4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. 5. Siswa menghafalkan dialog diatas 6. Siswa mempraktekkan teks muhadatsah di depan kelas. 7. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 8. Siswa mengerjakan soal-soal. 9. Dialog bahasa arab bebas dengan teman sejawat (pengamat) 10. Guru melakukan refleksi diri. c. Pengamatan. Selama proses pembelajaran peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dan pengamat(kolaborator) melakukan pengamatan terhadap peneliti dan siswa saat melaksanakan pembelajaran, situasi proses pembelajaran, dan hasil belajar. d. Refleksi. Kegiatan refleksi ini peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan perasaannya saat mengikuti pembelajaran. Peneliti juga memberi kesempatan kepada guru kolaborator (pengamat) untuk memberi masukan tentang kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran. A. Tehnik Pengumpulan dan Analisis Data. 1. Tehnik Pengumpulan Data. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan ada cara yaitu; test unjuk kerja, observasi, dan wawancara. a. Test Test adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang (KBBI, 2001 : 1186). Yang dimaksud test dalam penelitian ini yaitu siswa diberi tugas secara tertulis maupun praktik. Test dilakukan untuk mengatahui kemampuan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus. b. Observasi. Hal yang diamati dalam penelitian ini antara lain kondisi dan partisipasi siswa saat mengikuti proses pembelajaran dan nilai yang diperoleh siswa. Selain siswa juga guru terutama persiapan dan kemampuan guru dalam membelajarkan bahannya. c. Wawancara Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada siswa untuk meneliti bagaimana minat dan pengalaman siswa saat mengikuti pembelajaran. Wawancara juga dilakukan dengan pengamat (kolaborator) untuk dimintai pendapat atau informasi tentang proses pembelajaran dan minat siswa selama mengikuti pembelajaran. 2. Alat Pengumpulan Data Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri atas beberapa instrumen yaitu : a. Butir soal tes Berupa test kemampuan awal tentang materi penjumlahan bilangan pecahan. Soal test di akhir setiap siklus untuk mengetahui kemampuan penguasaan bahan tersebut setelah diberi tindakan b. Lembar observasi Berupa lembar refleksi siswa dan lembar pengamatan pengamat yang digunakan untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran. c. Pedoman wawancara Pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara dengan siswa dan pengamat mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. 3. Validasi Data. Validasi data yang berupa proses pembelajaran dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada siswa dan pengamat (kolaborator) dengan menggunakan berbagai instrumen. Dengan demikian validasi proses pembelajaran diperoleh melalui triangulasi sumber dan triangulasi metode. 4. Analisis Data. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah analisis data hasil belajar. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil kemampuan awal dengan nilai kemampuan setelah mengetahui test pada siklus 1 maupun siklus 2. Analisis data hasil observasi dan wawancara. Hasil observasi dan wawancara dianalisis dengan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran,untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa secara klasikal. 5. Indikator keberhasilan Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 75% dari jumlah siswa telah lulus KKM materi muhadatsah yaitu 75 dengan nilai rata-rata kelas 75. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Peneliti telah melakukan perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus. Selanjutnya disampaikan hasil perbaikan pada masing-masing siklus. Penyampaian hasil penelitian pada masing-masing siklus akan mencakup penilaian penampilan perbaikan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dikembangkan dari konsep pengukuran asesmen (Zainul & Mulyana,dikutip Sunaryo, 2007) penilaian penampilan perbaikan pembelajaran menggunakan alat ukur rating scale dan pengukuran prestasi belajar siswa dengan tes formatif. A. Deskripsi Per Siklus Pada setiap siklus disajikan data hasil observasi aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran yang dilakukan, hasil belajar siswa sesuai dengan hasil tes formatif, deskripsi pelaksanaan tiap-tiap aktivitas, dan deskripsi hasil belajar siswa. 1. Siklus I Secara garis besar dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai rata-rata 3,6 (dalam skala 1-5) dan prestasi belajar siswa cukup, dengan nilai 79,28(dalam skala 1-100). a. Hasil Pengolahan Data Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran bahasa arab di kelas IX MAN Tambak Beras Jombang siklus I dengan rata-rata 79,28 dengan prosentase ketuntasan 82 % 2. Siklus II Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran bahasa arab di Kelas IX MAN Tambak Beras Jombang siklus II dengan rata-rata 85,00 dan prosentase ketuntasan 95 % B. Pembahasan Hasil Penelitian Per Siklus Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan hasil tes formatif siswa yang ditemukan dalam penelitian di Kelas IX MAN Tambak Beras , dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu prestasi belajar siswa juga meningkat. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai 3,6 (skala 1-5) pada siklus I dan meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,3 (skala 1-5) pada siklus II. Prestasi belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) sebelum perbaikan pembelajaran, menjadi cukup (nilai 79,28) pada perbaikan siklus I dan baik (nilai 85,00) pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa Kelas IX MAN Tambak Beras terjadi karena dalam perbaikan pembelajaran secara konsekuaen penulis melaksanakan aktivitas-aktivitas perbaikan yang telah dipilih dengan tepat. Ketepatan pemilihan aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran tampak dalam kesesuaian antara pelaksanaan masing-masing aktivitas dengan teori yang melandasinya. Ketepatan masing-masing aktivitas dapat dijelaskan seperti berikut ini : 1) Pemanfaatan Alat Peraga/ Media Pembelajaran Media/alat peraga sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral dalam pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. 2) Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga Dalam penyajian materi pelajaran dapat dilakukan melalui peragaan, yaitu kegiatan memperagakan cara kerja, perilaku tertentu dan sejenisnya. Karena dengan demonstrasi / peragaan pembelajaran akan lebih jelas dan konkret sehingga menghindari verbalisme (pemahaman kata-kata), siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, proses pembelajaran lebih menarik dan siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri. 3) Pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga Latihan atau penugasan adalah penyampaian pelajaran melalui pengulangan (repetisi) sampai bahan/materi itu dikuasai siswa. Metode ini sangat efektif untuk melatih ketrampilan dan untuk menyampaikan pengertian (Udin S. Winataputra, 2008). Selain itu metode ini juga untuk melatih kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. 4) Pemberian bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga Dalam proses pembelajaran guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan pada siswa agar semua siswa terlibat aktif. Kegiatan mengaktifkan siswa ternyata dapat memotivasi berpikir memecahkan masalah bersama. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil belajar selanjutnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pengajaran bidang studi muhadatsah disekolah, guru muhadatsah perlu melakukan berbagai langkah konkrit yang patut menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kegiatan pengajarannya dalam upaya menghantarkan keberhasilan belajar siswa dalam bidang studi muhadatsah. Langkah–langkah yang diambil termasuk didalamnya adalah Menentukan metode mengajar yang baik. Tanpa ditentukannya metode mengajar, maka arah dan tujuan pengajaran yang direncanakan tidak akan terjamin sampai kepada sasarannya, termasuk dalam kegiatan pengajaran bidang studi muhadatsah. Metode mengajar merupakan suatu alat bagi guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Seandainya guru tidak menggunakan metode, akhirnya guru akan memberikan pelajaran secara serampangan bahkan tidak tepat. Dari batasan di atas dapat dilihat asas-asas dasarnya sebagai berikut : 1. Guru menguasai cara-cara melaksanakan kegiatan pendidikan. 2. Cara-cara tertentu dipilih dan digunakan dalam menuntun siswa mencapai tujuan tertentu. 3. Cara-cara itu memuat pula aspek menilai pencapaian tujuan oleh siswa . Pernyataan diatas menegaskan bahwa metode mengajar sebagi kunci utama bagi guru dalam menyampaikan pelajaran di depan kelas, termasuk bagi guru muhadatsah ketika menyampaikan pelajaran muhadatsah kepada siswa di sekolah. Berbagai metode mengajar dapat digunakan untuk menyampaikan pelajaran muhadatsah asal sesuai dengan materi pokok pelajaran yang disampaikan. Dalam kegiatan dengan pokok bahasan penelitian ini, maka penulis akan menguraikan penggunaan metode demonstrasi dalam kegiatan mengajar guru di MAN Tambak Beras Jombang. Dari hasil-hasil penelitian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi di depan kelas dalam perbaikan pembelajaran bahasa arab kompetensi berbicara bahasa arab di Kelas IX MAN Tambak Beras Jombang dapat meningkatkan prestasi siswa dengan baik. Secara rinci : 1. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan cukup baik, dengan nilai 3,4 (dalam skala 1-5) pada siklus I, meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,4 (skala 1-5) pada siklus II. 2. Prestasi belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) pada pra perbaikan, menjadi cukup (nilai 79,28) pada siklus I dan baik (nilai 85,00) pada siklus II. 3. Prestasi belajar siswa meningkat melalui aktivitas-aktivitas: (1) pemanfaatan alat peraga/media pembelajaran, (2) penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, (3) keterlibatan siswa dalam demonstrasi/dalam menggunakan alat peraga, (4) pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga, dan (5) pemberian bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga. B. Saran Bertolak dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan saran kepada rekan-rekan guru. Dalam pembelajaran muhaadatsah Bahasa Arab, supaya guru menggunakan metode demonstrasi di depan kelas siswa mencapai prestasi belajar yang baik, guru hendaknya : 1. Memanfaatkan alat peraga/media pembelajaran 2. Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran 3. Melibatkan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga 4. Mengaktifkan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga 5. Memberikan bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga Selain itu, penulis juga menyadari bahwa semua metode pasti punya kelemahan tersendiri maka kepada rekan-rekan guru apa salahnya untuk mempelajari dan mencoba metodedemonstrasi ini dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya sendiri, karena telah terbukti PTK dapat memecahkan masalah yang kita hadapi dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Setijadi, Pengelolaan Belajar Ivor k.Davies, (Jakarta: CV.Rajawali,1991) Prof. Dr. Arsad, Azhar, MA. (Bahasa Arab danMetodePengajarannya:PustakaPelajar) Abu bakar Mahmud. (Metode khusus pengajaran bahasa arab.usaha nasional, Surabaya. 1981) Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1995) Oemar Hamalik Al-Taumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) Anwar Saleh Daulay, Dasar-dasar Pendidikan, (Medan: CV Jabal Rahmat, 1996) Imansjah Alipande, Didaktik Metodik Pendidikan umum, (Surabaya:PT.Usaha Nasional,1984) Mukhrin,dkk, Pedoman Mengajar, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981) Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung : Gema Risalah Pers, 1991) Roestiyah N.K, Didaktik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara, 1989) Made Pidarte, Cara Belajar Mengajar Di Universitas Negara Maju, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990) Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991) M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah Dan keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978) Chalidjah Hasan, Dimendi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1994) Ahmad Rohani HM dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991) Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995) Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995) Tayar Yusup dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Arab, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Travel dokument dan macam macamnya

Bilingualisme dan Dialogsia

Strategi Pembelajaran Mufrodat